Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Rumput Laut di NTT Merugi Ratusan Juta akibat Proyek Dermaga PLTU Timor 1

Kompas.com - 25/06/2020, 05:51 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KUPANG, KOMPAS.com - Puluhan petani rumput laut di pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat rusak.

Para petani menyebut, kerusakan rumput laut akibat pembangunan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Timor 1.

"Pembangunan dermaga atau jetty ini abunya merusak semua rumput laut di sepanjang perairan ini. Tahun ini kami tidak bisa panen, karena sudah tiga bulan hasilnya masih sedikit. Ada 62 petani rumput laut yang terkena dampak," ungkap Sekretaris Kelompok Petani Rumput Laut Desa Lifuleo, MatheosLaka (49), saat ditemui sejumlah wartawan, di Pantai Oesina, Rabu (24/6/2020) siang.

Matheos menuturkan, rumput laut tersebut tercemar debu yang berasal dari proyek pembangunan jetty milik PLTU Timor 1.

Baca juga: Jenazah Tertukar, Pemakaman dengan Protokol Covid-19 di Surabaya Diwarnai Tangis Histeris

Matheos mengaku, sebelum ada pembangunan PLTU ini, para petani biasa memanen rumput laut sebulan sekali.

Namun, saat ini, kata dia, untuk panen rumput laut membutuhkan waktu hingga tiga bulan lamanya.

"Itu pun rumput laut banyak yang rusak dan ukurannya tidak lagi seperti dulu. Pembangunan dermaga ini merusak rumput laut kami," tegas dia.

"Lumpur dan debu pembangunan jetty terbawa arus air laut dan menempel di rumput laut, sehingga warna rumput laut menjadi putih. Kalau tidak cepat dipanen, rumput laut akan hancur," sambung dia.

Matheos mengatakan, bukan hanya merusak rumput laut, tapi juga ekosistem laut yang lain.

Akibatnya rusaknya rumput laut, lanjut Matheos, selain harga anjlok, produksi rumput laut juga merosot.

"Biasanya hasil panen rumput laut saya 200 kilogram, sejak terkena debu akibat, hanya bisa panen 30 kilogram saja. Kami rugi ratusan juta rupiah," ujar dia.

Keluhan mereka itu telah disampaikan kepada perusahaan yang mengerjakan proyek tersebut dan ditindaklanjuti dengan mensurvei lokasi pengembangan rumput laut warga.

"Mereka sudah survei ke lokasi sejak sebulan lalu, tapi sampai saat ini belum ada solusi untuk kami," kata dia.

Pihaknya mengancam akan menggelar aksi memblokade jalan dengan menggunakan rumput laut, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Tuntutan para petani, kata Matheos, yakni mengganti kerugian yang dialami mereka.

Dia berharap, pihak perusahaan bisa segera memberikan kompensasi kepada para petani rumput laut.

Dihubungi terpisah, Manajemen Proyek PLTU TIMOR-1 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk Dian Prihatianto Pamungkas, mengatakan, dalam pelaksanaan pembangunan, pihaknya selalu mengedepankan SOP yang baik, sesuai standar perusahaan dan aturan-aturan yang berlaku.

Pihaknya juga selalu bekerja di bawah pengawasan dan persetujuan tim pengawas dan PT PLN selaku pemilik proyek.

Baca juga: Bayi Usia Tiga Tahun di NTT Sembuh dari Covid-19

Dian mengatakan, lokasi pembangunan pembangkit listrik PLTU Timor 1 ini, berlokasi di Dusun Panaf, Desa Lifuleo, yang berjarak kurang lebih 650 meter dari permukiman warga terdekat dan sekitar hampir 1,5 kilometer dari lokasi pertanian rumput laut warga di Pantai Oesina.

"Dengan pertimbangan jarak lokasi yang cukup jauh antara temporary jetty dan lokasi budidaya rumput laut masyarakat sekitar, tentunya sangat minim sekali dampak negatif aktivitas proyek tersebut terhadap pertumbuhan rumput laut petani sekitar," ujar Dian, kepada Kompas.com, Rabu (24/6/2020) malam.

Pihaknya akan tetap berkomitmen untuk selalu menjaga komunikasi dan koordinasi dengan warga sekitar, selama masa pembangunan pembangkit tersebut, serta berharap dukungan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com