KOMPAS.com - Hendrika Mayora Victory, seorang transpuan asal Kabupaten Sikka yang duduk sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
Mayora resmi menduduki jabatan publik setelah memenangkan pemilihan pada pada Maret 2020. Ia unggul dari enam kandidat lain yang seluruhnya laki-laki.
"Puji Tuhan, saya terpilih dan mendapatkan suara terbanyak. Tentu ini momen yang istimewa bagi saya. Tidak disangka, seorang transpuan terpilih menjadi anggota BPD," kata Mayora saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/6/2020) malam.
Belakangan, Mayora disebut sebagai transpuan pertama yang menjadi pejabat publik di Indonesia.
Mayora menceritakan perjalanannya hingga duduk sebagai anggota BPD di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
Semuanya bermula ketika dirinya kembali ke kampung halaman di Desa Habi pada 2019. Mayora memutuskan pulang setelah merantau ke Yogyakarta.
Baca juga: Kisah Saeful, Nikahi 2 Kekasihnya Setelah Pacaran 2 Bulan, Dituduh Pakai Jampi
Di kampung halaman, Mayora aktif dalam berbagai kegiatan komunitas, seperti perkumpulan umat Katolik dan kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).
Sehari-hari, Mayora mengikuti berbagai kegiatan rohani dan membimbing anak-anak Desa Habi dalam kegiatan sekolah Minggu.
Sebagai anggota PKK, ia melayani masyarakat dalam kegiatan posyandu. Ia juga membantu ibu-ibu yang hendak bersalin dan memantau kesehatan balita.
Mayora juga aktif menyosialisasikan pola asuh anak kepada keluarga di Desa Habi.
Aktivitas itu membuat Mayora ditunjuk sebagai koordinator wilayah PKK Kecamatan Kangae.
"Ketika ada nikah massal di komunitas, saya selalu terlibat yakni mengurus dekorasi, mengatur acara, dan ada pula yang memasak. Setiap ada upacara, saya usahakan, kawan-kawan transpuan terlibat," kata Mayora.
Diminta warga
Karena aktivitasnya itu, warga yang khususnya ibu-ibu, meminta Mayora maju menjadi calon anggota BPD di Desa Habi.
Kebetulan, pemilihan anggota BPD akan dilakukan dalam waktu dekat. Mayora menerima usulan itu.
Syaratnya, dia tidak akan meninggalkan identitas sebagai transpuan jika terpilih nanti.
"Jika warga menginginkan saya yang status transpuan ini bekerja untuk umum, ya pasti bersedia. Syaratnya, saya maju, tetapi tidak meninggalkan identitas sebagai transpuan," kata Mayora.
Mantap maju sebagai calon anggota BPD, Mayora intens menyosialisasikan programnya kepada warga setempat.
Baca juga: Mengenal Hendrika Mayora, Transpuan Pertama yang Jadi Pejabat Publik di Indonesia
Ia menemui warga di rumah dan saat kegiatan komunitas. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan dukungan.
Sebab, waktu sosialisasi yang dimiliknya hanya tersisa seminggu sebelum pemilihan.
Pemilihan calon anggota BPD Habi berlangsung pada Senin (16/3/2020). Tak disangka, Mayora memperoleh 60 suara dalam pemilihan itu.
Mayora bangga terpilih sebagai anggota BPD. Apalagi, masyarakat Desa Habi tak memandangnya sebagai seorang transpuan. Mereka percaya dengan kemampuannya.
"Terima kasih masyarakat Desa Habi khususnya ibu-ibu yang sudah memercayakan saya menjadi anggota BPD. Saya akan kerja semaksimal mungkin untuk kita semua," ucap Mayora.
Bagi Mayora, BPD memiliki peran dan fungsi strategis mengontrol roda pemerintahan desa. Selain itu, BPD berfungsi menyusun kebijakan seperti peraturan desa.
Mayora berjanji mendorong pembuatan peraturan desa tentang lembaga adat dan masyarakat sadar hukum.
"Ini salah satu motivasi saya maju jadi BPD. Saya bisa membuat kebijakan tentang kaum minoritas seperti kaum disabilitas dan papa yang diabaikan. Kalau omong dari luar tentu susah. Sekarang sudah jadi BPD, saya bisa menyuarakan suara mereka-mereka yang selama ini tidak perhatikan karena kebijakan," kata Mayora.
Penampilan apa adanya
Selama menjabat sebagai anggota BPD, Mayora tetap berpenampilan seperti biasa. Ia bersolek layaknya seorang transpuan saat bekerja ke kantor.
"Saya ke kantor masih bersolek, pakai lipstik seperti biasa, dan itu tidak jadi masalah," kata dia.
Baca juga: Sudah Prediksi Klaster Keluarga, Ini Cara Wali Kota Malang Tekan Peningkatan Kasus Covid-19
Awalnya, ada beberapa komentar miring tentang penampilannya. Beberapa orang meminta Mayora berpenampilan layaknya seorang pria.
"Tapi saya bilang, saya sudah selesai dengan identitas, itu kan saya tegaskan dari awal. Saya memang transpuan, saya mencintai hidup sebagai transpuan," kata Mayora.
Seiring berjalan waktu, masyarakat dan rekan kantornya menerima Mayora seperti apa adanya. Kini, ia tak lagi mendengar permintaan harus berpenampilan seperti apa ketika di kantor.
Bahkan, Mayora tetap tampil anggun ketika menerima kunjungan Bupati Sikka Fransiskus Robertus Diogo.
"Saya nama asli Hendrikus Kelan. Ada warga yang panggil saya Hendrikus. Untuk nama, saya juga tidak soal. Asalkan jangan paksa saya untuk jadi pria atau wanita. Saya tetap seorang transpuan," jelas Mayora.
(Penulis: Kontributor Maumere, Nansianus Taris)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.