Menurutnya, sambutan tersebut merupakan inisiatif warga. Sambutan tersebut sangat menyentuh hingga ia tak bisa melupakan sambutan yang membantu mengembalikan mentalnya itu.
"Warga di kampung saya itu memang kompak, bagi saya seperti keluarga besar. Mau sakit apa ya kita sama-sama (saling peduli). Itu benar-benar mengembalikan mental saya yang sempat drop karena korona," tuturnya.
Bahkan, warga mengajak untuk membuat syukuran kampung. Namun, Setyo menundanya untuk sementara waktu lantaran kondisinya yang tidak memungkinkan karena masih ditengah pandemi. Alasan lainnya, masih ada warga kampung yang bekerja diluar dan belum pulang, sehingga akan lebih baik ketika semua warga kumpul bersama.
"Mereka bahkan ngajak syukuran tapi ditunda nanti ketika semuanya kumpul saja dan kondisinya sudah cukup normal," ucapnya.
Akan tetapi, kata Setyo, memang tak semua orang menerima keadaanya itu, ada saja beberapa orang yang seakan menghindar ketika ia sedang kembali mencoba berbaur.
Baca juga: Pulang, Perempuan 62 Tahun di Bima Sembuh dari Covid-19 Dapat Karangan Bunga dan Disambut Shalawat
Namun, ia tak ambil hati, Setyo menyadari kondisinya itu dan memaklumi ketakutan mereka.
Karenanya, ia pun berhati-hati ketika berbaur bersama warga, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, seperti menjaga jarak, menggunakan masker dan menjaga kesehatan diri.
Bahkan, dirinya kini banyak mengingatkan warganya ketika tak mematuhi protokol kesehatan. Setyo mengaku tak mau ada lagi orang yang terkena virus ini, apalagi di warganya.
Beberapa waktu lalu, kata Setyo, bahkan ada warganya yang diketahui reaktif setelah mengikuti rapid tes di kampungnya, namun setelah dilakukan tes swab hasilnya negatif.
"Cukup saya saja pak RT nya yang kena, Jangan sampai ada warga yang kena, cukup di saya saja," ucapnya.