"Jadi virus ini tak sejahat yang dikira. Pesan dari orang yang terpapar korona dan sembuh lagi. Jadi pertama jangan dijauhi kalau bisa di sambut, di support dengan senang hati karena itu seperti obat bagi orang yang pernah terpapar corona, karena dia sendiri selama di isolasi benar-benar kaya mencekam baginya dirinya sendiri," tutur Setyo.
"Apalagi nunggu hasil swab, apakah positif atau negatif. Nunggu dua minggu saja mentalnya bisa turun, sekurang-kurangnya bisa saja stres dan itu bahaya bisa menurunkan imun sehingga virusnya malah gak bisa ke kontrol," tambahnya.
Untuk menjaga mentalnya tetap stabil, Setyo memilih pendekatan holistik dengan cara mempertebal keimananannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentu hal itu dibarengi dengan dukungan keluarga dan orang disekitarnya.
"Orang beriman mah punya Allah, pasrahkan saja, rajin beribadah, Supaya cepat mestabilkan (mental) karena kalau kena itu mentalnya, imunnya juga turun, sehingga virusnya susah dikendalikan," ujar Setyo.
Baca juga: Disambut Upacara Pedang Pora, Khofifah Beri Hadiah Rp 10 Juta untuk Kampung Benteng
Namun yang paling berdampak menurutnya, adalah dari sisi sosial. Ada ketakutan bagi Setyo ketika sembuh dan kembali ke masyarakat, ia akan dijauhi lantaran ada anggapan aib bagi mereka yang pernah terpapar virus yang belum ada vaksinya itu.
"Yang dirasakan kena corona itu dampak sosialnya," ujarnya.
Namun, anggapan itu tak sepenuhnya benar, buktinya ketika ketika Setyo dinyatakan sembuh dan diperkenankan pulang pada tanggal 10 Juni lalu, warga Komplek Tani Mulya RT01/RW03, Desa Tani Mulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, menyiapkan kejutan bagi Setyo.
Siapa sangka, Setyo yang juga ketua RT setempat disambut warganya ketika pulang. Sambutan ini cukup meriah, tabuhan rebana mengiringi warga yang menyambutnya. Setyo duduk diatas sofa yang diangkut beberapa warga diatas pundaknya, dan mengaraknya keliling kampung.
"Iya senang bercampur sedih,terharu juga, gak ada firasat mau disambut," ucap Setyo.