Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga 2 Desa di Tasikmalaya Setiap Hari Bertaruh Nyawa Seberangi Jembatan Darurat

Kompas.com - 24/06/2020, 08:54 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Warga Desa Sindangasih dan Cayur, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, terpaksa setiap hari bertaruh nyawa menyeberangi jembatan darurat untuk menjalankan kegiatannya sehari-hari.

Akses jembatan permanen di wilayah itu putus akibat ambruk saat terjadi banjir bandang yang menerjang wilayah desa tersebut pada Jumat (19/6/2020) lalu.

Jika tak melewati jembatan darurat tersebut, warga dua desa tersebut harus memutar arah ke jalur alternatif yang lebih jauh hingga 15 kilometer melewati perbatasan Tasikmalaya-Pangandaran.

Pantauan Kompas.com, jembatan darurat terdiri dari bentangan tali tambang ditarik di dua sisi pinggir Sungai Cimedang yang mengikat sebuah rakit atau sejenis perahu dari beberapa buah bambu.

Baca juga: Kasus Meninggal akibat DBD Meningkat Jadi 16, Tasikmalaya Bersiap KLB

Setiap harinya, warga yang hendak menyeberang harus melewati derasnya air sungai pasca banjir bandang yang ditarik oleh para petugas dari TNI Kodim 0612 dan Polres Tasikmalaya di kedua sisi Sungai Cimedang.

Warga terpaksa mempertaruhkan nyawanya melewati arus sungai deras karena kalau memutar akan memakan waktu dan biaya lebih mahal untuk berkegiatan sehari-harinya ke ke Kota Tasikmalaya.

"Jembatan darurat memakai rakit yang ditarik oleh tambang tersebut terpaksa dibuat untuk membantu warga menyeberang sungai setelah jembatan permanen ambruk akibat banjir bandang. Kami sudah berkoordinasi dan sudah mengajukan pembangunan jembatan permanen dibangun kembali," jelas Camat Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, Maman Rahman Effendi, di lokasi kejadian, Selasa (23/6/2020).

Maman menambahkan, warga lebih memilih memakai jembatan darurat untuk melewati Sungai Cimedang, karena lebih cepat dan tak membutuhkan waktu lama untuk berputar lewat jalur alternatif.

Pihaknya pun terus dibantu kesiapsiagaan unsur petugas pemerintahan, BPBD, Polri dan TNI yang bersiaga setiap harinya membantu proses menyeberang sungai oleh warga.

"Proses penyeberangan sungai ini dibuat secara alternatif warga karena selama ini puluhan ribu warga di dua desa tersebut supaya tak memutar arah. Kalau lewat Salopa sekitar 10 kilometer jauhnya, kalau lewat Pancatengah 15 kilometer jauhnya, kalau lewat Pangandaran 15 kilometer lebih jauhnya," tambah Maman.

Lokasi Cikatomas sendiri, lanjut Maman, berlokasi di wilayah Selatan Tasikmalaya yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Ciamis dan Pangandaran.

Jembatan Cimedang ambruk karena diterjang bencana banjir bandang yang terjadi seusai hujan deras terus mengguyur Tasikmalaya beberapa hari terakhir kemarin.

"Kami berharap jembatan bisa segera dibangun kembali, kami pun sudah sampaikan ke atasan kami di pemerintahan kabupaten," pungkasnya.

Baca juga: Banjir dan Longsor Landa Tegalbuleud Sukabumi

Sementara itu, Mimin (65), mengaku ketakutan saat kali pertama menyeberangu jembatan darurat yang terbuat dari rakit bambu tersebut. Pasalnya saat menyeberangi sungai tubuhnya hanya bisa duduk berdiam karena derasnya air sungai terasa di depannya langsung saat menaiki rakit bambu.

"Sangat khawatir sekali, takut, tapi bagaimana lagi, kalau memutar jauh dan harus ongkosnya mahal. Saya harap pemerintah segeta membangun kembali jembatan yanf ambruk kemarin," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com