Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Malang Meningkat Selama Masa Transisi, Didominasi Klaster Keluarga

Kompas.com - 23/06/2020, 17:53 WIB
Andi Hartik,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Kota Malang melonjak setelah memasuki masa transisi menuju fase new normal atau tatanan kehidupan baru.

Berdasarkan catatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Malang, jumlah pasien Covid-19 pada Jumat, 29 Mei 2020 sebanyak 41 orang.

Hari itu merupakan H-1 jelang berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berakhir pada Sabtu, 30 Mei 2020.

Setelah memasuki masa transisi menuju fase new normal, angka kasus Covid-19 di Kota Malang meningkat signifikan.

Terdapat 148 kasus positif Covid-19 di Kota Malang hingga Senin (22/6/2020).

Baca juga: Pasien yang Dirawat Ternyata Positif Covid-19, Sebuah RS Swasta Jadi Klaster Baru

Artinya, sebanyak 107 kasus positif Covid-19 bertambah di Kota Malang selama tiga pekan menjalani masa transisi.

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Malang, Nur Widianto mengatakan, angka kasus Covid-19 yang terus bertambah dalam beberapa waktu terakhir didominasi klaster keluarga.

Klaster ini merujuk pada penularan virus corona baru yang terjadi di lingkungan keluarga.

"Yang terakhir ini kaitan dengan klaster keluarga," kata Nur Widianto saat dihubungi melalui sambungan telpon, Selasa (23/6/2020).

Terdapat sejumlah titik klaster keluarga yang menjadi perhatian Pemerintah Kota Malang. Di antaranya klaster keluarga yang muncul di Kelurahan Mergosono, Kelurahan Bunul, dan Kelurahan Arjosari.

"Kita lihat kontak eratnya (pasien dari klaster keluarga). Dari hasil kontak erat itu kita cermati aktivitas kesehariannya," jelasnya.

 

Selain klaster keluarga, kasus Covid-19 juga berasal dari hasil tes swab mandiri.

Hal ini terjadi karena banyak warga yang menjalani tes swab secara mandiri untuk persyaratan perjalanan ke luar daerah.

"Dua hal itu (klaster keluarga dan swab mandiri) yang kita cermati muncul dalam perjalanan di kasus Covid-19 Kota Malang," jelasnya.

Pastikan Kelayakan Rumah Pasien

Untuk mencegah meluasnya klaster keluarga, Nur Widianto mengaku memperketat tracing pasien positif Covid-19. Semua pihak yang terdeteksi pernah kontak erat akan menjalani rapid test.

"Kontak erat itu akan rapid test, harapannya non-reaktif. Kalau reaktif pasti melangkah ke swab," jelasnya.

Baca juga: Klaster Keluarga Dominasi Kasus Positif Covid-19 di Malang, Ini Penyebabnya

Selain itu, pihaknya akan memastikan tingkat disiplin pasien yang menjalani karantina mandiri di rumahnya.

Menurutnya, klaster keluarga muncul karena pasien yang tak disiplin menerapkan protokol kesehatan selama karantina mandiri.

Semua pasien yang tidak disiplin menjalani karantina mandiri akan ditempatkan di safe house atau rumah karantina.

Pemkot Malang juga akan menyurvei rumah pasien yang mengajukan karantina mandiri. Sejumlah kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kelayakan rumah untuk karantina mandiri.

"Kalau memang pengajuannya isolasi mandiri, layak enggak rumahnya untuk ditempati isolasi mandiri. Ada kamar tersediri enggak untuk anggota keluarga yang terkonfirmasi Covid-19. Kamar mandinya tunggal atau lebih dari satu. Itu menjadi pencermatan," katanya.

 

Jika dinilai tak layak, pasien tersebut akan diisolasi di pusat karantina.

"Kalau tidak layak kita arahkan ke rumah karantina," jelasnya.

Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata mengatakan, salah satu solusi untuk mencegah klaster keluarga adalah dengan Kampung Tangguh.

Baca juga: Khofifah: Malang Raya Belum Penuhi Syarat New Normal

Sebab, Kampung Tangguh menyentuh lingkup terkecil dari struktur pemerintahan.

"Sampai saat ini kami sudah mencapai 91 Kampung Tangguh yang berbasis di RW," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com