Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Kombes Wihastono Yoga Pranoto menolak menjelaskan detail kasus terorisme yang melibatkan Karyono.
Namun, ia membenarkan bahwa pelaku pernah ditahan di Lampung.
"Pernah menjalani hukuman di Lapas Way Kanan Lampung," katanya.
Baca juga: Setelah Wakapolres Diserang, Semua Polsek di Karanganyar Dijaga Brimob
Minggu (21/6/2020) sore, Tim Densus 88 Mabes Polri dan Tim Inafis dan Satreskrim Polres Madiun mendatangi rumah di Perumahan Mojopurno, Kelurahan Munggut, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.
Rumah tersebut merupakan rumah milik keluarga Karyono Widodo pelaku penyerangan polisi di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Tim Densus 88 mendatangi rumah di Perumahan Mojopurno untuk mengambil sampel darah Pratiwi (74), ibu terduga pelaku, untuk dicocokkan dengan Karyono Widodo.
Baca juga: Soal Penyerangan Wakapolres Karanganyar, Kapolres: Sudah Ada Titik Terang
Sementara itu, pengamat radikalisme dan terorisme, Tayyip Malik, menduga pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar, termasuk dalam jaringan bom Thamrin.
"Prediksinya, mantan residivis (napiter) yang terlibat kasus bom Thamrin yang pernah ditangkap di Malang," tutur Tayyip.
"Kalau memang benar, ia pernah ditangkap setelah bersembunyi di sebuah makam pada tahun 2016," tambahnya.
Namun, Tayyip masih belum mengetahui motif pelaku melakukan penyerangan terhadap rombongan Wakapolres Karanganyar itu.
Baca juga: Cerita Wakapolres Karanganyar Tangkis Serangan Pria Bersenjata dengan Tongkat Pendaki
"Saya belum tahu, melihat di beberapa aksi terbaru, target masih pihak kepolisian," ucap dia.
"Target yang lain apa? Belum terlalu signifikan, memang semua dialihkan ke situ (polisi)," kata dia.
Menurut dia, hal itu dipicu lantaran beredarnya foto-foto yang melibatkan personel kepolisian saat giat di pintu masuk jalur pendakian via Cemoro Kandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, tersebut.
Baca juga: Wakapolres Karanganyar Tangkis Serangan Pria Bersenjata dengan Tongkat
"Selama ini masih ada, misalnya beredar foto kepolisian, itu membuat semangat tinggi mereka melakukan balas dendam," kata Tayyip.
"Maka, penting untuk tidak menyebarkan foto-foto itu, kalau sampai disebarkan itu bisa memunculkan potensi agitasi baru," papar dia.