GORONTALO, KOMPAS.com – Banjir yang melanda Gorontalo beberapa waktu lalu ternyata merendam kawasan peneluran burung maleo (Macrocephalon maleo) di Hungayono Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).
Bahkan luapan Sungai Bone menggenangi beberapa kandang yang digunakan untuk penetasan telur maleo.
Kandang penetasan ini sengaja dibangun untuk melindungi telur dan anakan maleo dari predator.
“Pada 11 Juni 2020, banjir sudah menggenangi nesting ground Hungayono dan merendam 2 unit hatchery yang lokasinya lebih rendah dan dekat ke sisi Sungai Bone,” kata Supriyanto, Kepala Balai Taman NAsional Bogani Nani Wartabone, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: Maleo dan Satwa Endemik Jadi Magnet Ekowisata 6 Desa di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Aliran Sungai Bone yang meluap ini berasal hulu taman nasional, termasuk kawasan permukiman di Kecamatan Pinogu Kabupaten Bone Bolango.
“Tinggi genangan air yang merendam hatchery dan sebagian lokasi peneluran mencapai 80 sentimeter,” ujar Supriyanto.
Menurut Supriyanto, banjir menggenangi kandang penetasan dan sebagian nesting ground ini selama 5 jam.
Selama itu pula telur-telur maleo yang diletakkan di dalam tanah terendam air, belum lagi saat surut meninggalkan lumpur dan material banjir seperti dedaunan dan batang kayu.
Baca juga: Banjir Gorontalo Dipicu Fenomena Shearline, Apa Itu? Ini Penjelasan BMKG
Selain itu kondisi tanah yang basah menjadikan kawasan peneluran burung maleo ini tidak normal dalam waktu yang lama setelah banjir.
Supriyanto menjelaskan setelah banjir menyurut dilakukan pembersihan lumpur, sampah dan pengecekan kondisi telur serta suhu tempat tanam telur.
Pekerjaan ini selesai pada Jumat (19/6/2020).
“Hatchery (kandang penetasan) TN1 yang menampung telur 273 butir yang berhasil menetas 14 ekor, yang terendam 259 butir. anak yang mati 18 ekor, telur yang busuk 22 butir. Telur yang masih bagus 219 butir,” papar Supriyanto.