Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Tes Swab Telat hingga Banyak Orang Jadi ODP, Tenaga Medis Dimaki Warga

Kompas.com - 23/06/2020, 11:27 WIB
Ari Maulana Karang,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Beberapa hari ini, sebuah video warga yang marah kepada tenaga medis di Puskesmas Kecamatan Leuwigoong viral di media sosial.

Dalam video tersebut, dua orang tenaga medis dimaki warga yang berkumpul di Puskesmas Leuwigoong hingga nyaris terjadi baku hantam.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, ketika dimintai tanggapannya terkait video tersebut, mengakui bahwa video tersebut adalah peristiwa yang terjadi di Puskesmas Leuwigoong pasca-penambahan satu pasien positif Covid-19 di Kecamatan Leuwigoong.

“Iya betul itu di Puskesmas Leuwigoong, kejadiannya Jumat (19/6/2020),” jelas Helmi, Senin (22/6/2020).

Baca juga: Bupati Rudy Protes Ridwan Kamil soal Status Garut Jadi Zona Kuning

Menurut Helmi, kedatangan warga yang marah ke petugas medis Puskesmas Leuwigoong berkaitan dengan pasien positif Covid-19 baru di Kecamatan Leuwigoong.

Pasien positif tersebut adalah seorang aparat desa yang kebetulan sempat mengurus seorang pasien positif Covid-19 di Kecamatan Leuwigoong sebelumnya.

“Dia kan pastinya bersentuhan dengan banyak orang sebelum hasil pemeriksaan swab-nya keluar, mereka yang pernah bersentuhan ini marah,” katanya.

Menurut Helmi, mereka yang pernah bersentuhan erat dengan orang yang positif Covid-19 bisa jadi orang dalam pemantauan (ODP), atau bisa saja jadi pasien dalam pengawasan (PDP).

Karena banyak warga yang merasa pernah bersentuhan dengan pasien positif tersebut, akhirnya warga marah kepada petugas kesehatan.

Menurut Helmi, saat ini banyak kejadian serupa seperti di Kecamatan Leuwigoong ketika warga marah saat ditetapkan menjadi ODP atau PDP.

Bahkan, tidak sedikit warga menekan petugas kesehatan yang melakukan tracking dan tracing.

Akibatnya, petugas tidak mau melanjutkan pemeriksaan terhadap mereka yang bersentuhan erat dengan pasien positif Covid-19.

Menurut Helmi, sampai saat ini, hasil pemeriksaan swab yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terbilang lama.

Akibatnya, upaya penanganan yang dilakukan pun terlambat.

Jika hasil pemeriksaan swab cepat, risiko warga bersentuhan dengan pasien positif Covid-19 bisa diminimalisasi.

“Kalau swab-nya cepat, satu atau dua hari, kan yang bersentuhan erat bisa lebih sedikit, jadi mereka yang ODP atau PDP juga sedikit,” katanya.

Baca juga: 8 Orang Positif, 1.000 Lebih Warga Desa Samida Garut Harus Swab Massal

Pemkab Garut sendiri saat ini telah berupaya menyediakan fasilitas laboratorium pemeriksaan sampel swab.

Namun, kapasitas pemeriksaannya masih belum bisa banyak. Helmi berharap upaya ini bisa mempercepat hasil pemeriksaan sampel swab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com