Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Offroad Membelah Hutan dan Desa Terpencil di Kampar

Kompas.com - 23/06/2020, 07:50 WIB
Idon Tanjung,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Kecamatan Kampar Kiri Hulu di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, memiliki sejumlah desa terpencil yang aksesnya masih sulit dilalui.

Akhir pekan kemarin, yakni pada 19 - 21 Juni 2020, Kompas.com berkesempatan ikut dengan komunitas pecinta offroad untuk menjajal akses ke desa-desa terpencil tersebut.

Rombongan offroad ini terdiri dari tiga klub, yaitu Taft Diesel Indonesia (TDI) Chapter Riau, Suzuki Katana Jimny Indonesia (Skin) Pekanbaru, dan Pajero Owners Community (POC) Pekanbaru.

Sebanyak 13 unit mobil offroad berangkat pada Jumat (19/6/2020) malam, sekitar pukul 22.00 WIB.

Titik keberangkatan dimulai dari Kota Pekanbaru menuju Desa Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri.

Jarak tempuh lebih kurang 83 kilometer selama 2 jam perjalanan.

Dari Desa Lipat Kain, rombongan yang berjumlah sekitar 30 orang ini menuju Desa Kuntu untuk beristirahat di tempat wisata Pulau Tonga.

Rombongan memutuskan untuk mendirikan kamp di tepi sungai dan perjalanan dilanjutkan keesokan paginya.

Cuaca mendung menyambut Sabtu pagi. Sekitar jam 06.00 WIB, seluruh rombongan sudah bangun dari tidur. Semunya tampak dalam kondisi fit dan siap tempur.

Usai menyantap makan pagi dan menyeruput segelas kopi, rombongan kembali bersiap melanjutkan perjalanan.

Namun, mengingat dalam kondisi wabah Covid-19, rombongan yang liburan di akhir pekan ini tetap menerapkan protokol kesehatan.

Mereka menggunakan masker dan menjaga jarak.

Beberapa desa terpencil yang dilewati di antaranya Desa Deras Tajak, Desa Tanjung Karang, Tanjung Beringin, Sungai Santi, Desa Kebun Tinggi dan Desa Batu Sasak.

Akses ke desa-desa ini bukan main parahnya. Jalan terjal, tanah liat yang licin karena berlumpur dan berbatu. Belum lagi harus melewati beberapa anak sungai.

Tapi, sebagian jalan sudah ada yang diaspal dan beton dengan ukuran panjang bervariasi.

Perjalanan dari Desa Kuntu sampai ke Desa Batu Sasak menempuh jarak lebih kurang 63 kilometer atau sekitar 2 jam lebih.

Tapi, karena akses yang dilalui cukup ekstrem, jarak tempuh menjadi lama.

Akses jalan dibangun di areal perbukitan. Kiri dan kanan jalan terdapat jurang yang kedalamannya mencapai puluhan meter. Kondisi ini semakin memacu adrenalin.

Tanjakan berbatu yang licin membuat mobil cukup sulit naik. Sesekali mobil offroad harus ditarik menggunakan winch atau tali khusus yang digunakan untuk menarik atau menderek.

Bahkan, beberapa mobil sempat mengalami patah as depan saat membantu menarik mobil yang tak bisa melewati tanjakan.

Kekompakan tim memang diperlukan saat berpetualang di alam liar seperti ini.

Meski begitu, petualangan dengan offroad ini benar-benar penuh keseruan.

Selain olahraga, kegiatan ini membuat para peserta menemukan suasana baru di alam.

Apalagi di sejumlah desa terpencil ini sangat sulit mendapatkan jaringan internet maupun telepon.

Sepanjang perjalanan, pandangan mata disuguhkan dengan hutan alam yang indah.

Hamparan bukit hijau yang memesona cukup menghilangkan rasa penat di perjalanan. Ditambah lagi merdunya sahutan suara burung-burung di hutan.

Namun yang tak kalah penting adalah pelajaran mengenai kekompakan dan kebersamaan.

Setelah melewati beberapa titik yang berat, tim sampai di sebuah sungai. Rombongan berhenti untuk istirahat dan makan siang.

Masing-masing mengambil tenaga dulu sebelum melanjutkan perjalanan, karena medannya semakin ekstrem.

Setelah itu, perjalanan kembali dilanjutkan.  Kami sampai di sebuah tanjakan bukit di mana akses jalan sangat susah dilewati.

Tim off road berhenti untuk istirahat dan makan disebuah sungai sebelum melanjutkan perjalanan yang lebih menantang.KOMPAS.COM/IDON Tim off road berhenti untuk istirahat dan makan disebuah sungai sebelum melanjutkan perjalanan yang lebih menantang.
Akses jalan di sini bisa dikatakan semuanya tanjakan dan turunan. Hanya sedikit yang datar, dan itu pun berlumpur karena habis diguyur hujan.

Warga setempat yang menggunakan sepeda motor pun juga tampak sulit melewati jalan tersebut.

Saat tiba disebuah tanjakan, terdapat satu unit mobil pengangkut tiang listrik PLN terperosok di lumpur.

Mobil cold diesel itu tampak sudah beberapa hari "tidur" di situ, karena tak bisa lagi melewati jalan tersebut.

Di pinggir jalan juga terlihat adanya tumpukan-tumpukan tiang listrik.

Memang, sebagian ada yang sudah didirikan dan dipasang kabel. Artinya, desa ini baru saja dibangun jaringan listriknya oleh PLN.

Tim offroad mengambil sisi kanan jalan melewati tanjakan itu. Namun, untuk melewati tanjakan ini, kami menghabiskan waktu lebih dari 4 jam.

Mobil offroad satu per satu harus ditarik menggunakan winch untuk sampai ke atas bukit.

Perjalanan hanya sampai ke Desa Batu Sasak. Menjelang magrib, rombongan putar balik ke arah jalan pulang.

Rombongan memutuskan kembali ke Pekanbaru pada Minggu (21/6/2020) pagi.

Rombongan mendirikan kamp di tepi sungai untuk menyiapkan tenaga, sebelum berjibaku menempuh jalan pulang.

Ketua TDI Chapter Riau Aldian mengatakan, selama perjalanan ada beberapa trek yang cukup ekstrem untuk dilalui mobil offroad.

"Jalannya tanah liat dan batu napal. Jadi begitu kena hujan lengket di ban. Ini yang cukup berat kita lalui," kata Aldian saat berbincang dengan Kompas.com.

Dia menyebut, ada beberapa kendala yang hadapi saat melewati trek, seperti patah as, kelistrikan dan juga ada winch yang jebol.

Namun, menurut Aldian, trek kali ini tidak terlalu ekstrem bagi yang sudah biasa main offroad.

"Ini masih tingkat medium kalau yang udah biasa offroad. Kalau yang ekstrem itu, ngetrek di bukit sambil merintis jalan," sebut Aldian.

Aldian mengatakan, trek yang dijajal ini merupakan akses masyarakat setiap harinya.

"Akses ini kalau menurut ceritanya adalah pelintasan masyarakat dari Sumbar ke Riau pada zaman Belanda dulu. Jalan ini bisa tembus ke Payakumbuh. Kalau dari Payakumbuh ke Lipat Kain, itu jaraknya sekitar 50 kilometer. Jadi orang dulu jalan kaki lewat di sini," kata Aldian.

Aldian mengatakan, kegiatan offroad ini lebih diutamakan untuk mencari udara segar dan berlibur di akhir pekan.

"Juga olahraga untuk meningkatkan imun tubuh, karena sekarang lagi ada Covid-19. Kami juga menerapkan PSBB dalam kegiatan ini, yaitu pakai masker dan jaga jarak," kata Aldian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com