Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Offroad Membelah Hutan dan Desa Terpencil di Kampar

Kompas.com - 23/06/2020, 07:50 WIB
Idon Tanjung,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Akses jalan di sini bisa dikatakan semuanya tanjakan dan turunan. Hanya sedikit yang datar, dan itu pun berlumpur karena habis diguyur hujan.

Warga setempat yang menggunakan sepeda motor pun juga tampak sulit melewati jalan tersebut.

Saat tiba disebuah tanjakan, terdapat satu unit mobil pengangkut tiang listrik PLN terperosok di lumpur.

Mobil cold diesel itu tampak sudah beberapa hari "tidur" di situ, karena tak bisa lagi melewati jalan tersebut.

Di pinggir jalan juga terlihat adanya tumpukan-tumpukan tiang listrik.

Memang, sebagian ada yang sudah didirikan dan dipasang kabel. Artinya, desa ini baru saja dibangun jaringan listriknya oleh PLN.

Tim offroad mengambil sisi kanan jalan melewati tanjakan itu. Namun, untuk melewati tanjakan ini, kami menghabiskan waktu lebih dari 4 jam.

Mobil offroad satu per satu harus ditarik menggunakan winch untuk sampai ke atas bukit.

Perjalanan hanya sampai ke Desa Batu Sasak. Menjelang magrib, rombongan putar balik ke arah jalan pulang.

Rombongan memutuskan kembali ke Pekanbaru pada Minggu (21/6/2020) pagi.

Rombongan mendirikan kamp di tepi sungai untuk menyiapkan tenaga, sebelum berjibaku menempuh jalan pulang.

Ketua TDI Chapter Riau Aldian mengatakan, selama perjalanan ada beberapa trek yang cukup ekstrem untuk dilalui mobil offroad.

"Jalannya tanah liat dan batu napal. Jadi begitu kena hujan lengket di ban. Ini yang cukup berat kita lalui," kata Aldian saat berbincang dengan Kompas.com.

Dia menyebut, ada beberapa kendala yang hadapi saat melewati trek, seperti patah as, kelistrikan dan juga ada winch yang jebol.

Namun, menurut Aldian, trek kali ini tidak terlalu ekstrem bagi yang sudah biasa main offroad.

"Ini masih tingkat medium kalau yang udah biasa offroad. Kalau yang ekstrem itu, ngetrek di bukit sambil merintis jalan," sebut Aldian.

Aldian mengatakan, trek yang dijajal ini merupakan akses masyarakat setiap harinya.

"Akses ini kalau menurut ceritanya adalah pelintasan masyarakat dari Sumbar ke Riau pada zaman Belanda dulu. Jalan ini bisa tembus ke Payakumbuh. Kalau dari Payakumbuh ke Lipat Kain, itu jaraknya sekitar 50 kilometer. Jadi orang dulu jalan kaki lewat di sini," kata Aldian.

Aldian mengatakan, kegiatan offroad ini lebih diutamakan untuk mencari udara segar dan berlibur di akhir pekan.

"Juga olahraga untuk meningkatkan imun tubuh, karena sekarang lagi ada Covid-19. Kami juga menerapkan PSBB dalam kegiatan ini, yaitu pakai masker dan jaga jarak," kata Aldian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com