Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang karena Pandemi, Mantan Pekerja Migran Menjadi Penggerak Pembuatan Masker di Kampungnya

Kompas.com - 21/06/2020, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Program Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI) menggerakkan pekerja buruh migram yang pulang ke Tanah Air karena pandemi, untuk membantu merevitalisasi perekonomian di desa mereka.

Salah satunya di Desa Rogojati, Wonosobo, Jawa Tengah. Para mantan pekerja buruh migran di desa tersebut membentuk kelompok untuk membuat masker sejak pandemi Covid-19.

Dengan pinjaman modal dari pemerintah daerah, desa ini menjadi salah satu penghasil masker yang dipasok ke berbagai rumah sakit di Pulau Jawa.

“Kami sangat mengapresiasi langkah warga kami mantan pekerja migran. Di tengah pandemi, mereka sangat aktif. Para pekerja migran di desa kami membentuk tiga kelompok masing-masing 20 orang, total ada 60-an orang mendapat modal dari dinas sosial pemkab memproduksi masker," kata Etty Subiyarti, Kepala Desa Rogojati dilansir dari VOA Indonesia.

Baca juga: Buruh Migran Positif Covid-19, Mengaku Diteror Hantu Saat Karantina

Desa Rogojati yang menjadi salah dari DESBUMI yang pembentukanya diinisiasi Migran Care.

Saat ini program DESBUMI sudah diterapkan di lima provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Selain Desa Rogojati, DESBUMI ada di Desa Gerunung di Lombok Tengah.

Di desa tersebut, selain membuat masker, para warga desa juga memproduksi makanan seperti djipang jahe dan stik kangkung.

"Kita punya kelompok yang memang isinya adalah mantan pekerja migran dan keluarganya. Bentuk usahanya koperasi KSPPS Cerah Ceria Migran didirikan tahun 2019, sebelumnya lembaga keuangan di tahun 2015," kata Ninik Sofiani, pengelola DESBUMI di Gerunung.

Baca juga: Kemenlu Sebut Sebagian Besar WNI Terjangkit Covid-19 di Saudi Pekerja Migran

"Usaha kami memproduksi djipang jahe dan stik kangkung. Setiap ada pemesanan produk itu, setiap anggota kami gerakkan untuk memproduksi bersama."

Semnetara di Indramayu, Jawa Barat, DESBUMI ada di Desa Juntinyuat. Menurut Diyana Watumm koordinator DESBUMI di Juntinyuat, mereka saat ini mengembangkan wisata pantai sekaligus memproduksi terasi dan bakso goreng.

“Potensi desa kami di sektor wisata. Tetapi selama pandemi, obyek wisata di desa kami ditutup sementara, banyak sekali pedagang dan warga kami yang terdampak secara ekonomi karena memamg aturan pemerintah menutup kegiatan pariwisata," kata Diyana.

Kisah perjuangan para pegiat DESBUMI tersebut diceritakan saat dikusi daring DESBUMI yang digelar pertengah pekan ini.

Baca juga: Gugus Tugas: 144.327 Pekerja Migran Kembali ke Tanah Air

Merevitalisasi ekonomi desa

Ilustrasi migran.THINKSTOCK Ilustrasi migran.
Direktur Migrant Care Wahyu Susilo yakin revitalisasi ekonomi desa akan berhasil memitigasi keberadaan pekerja migran yang kembali ke desanya karena pandemi corona.

“Dengan penerapan new normal migrasi itu arusnya tidak begitu kencang ke luar negeri. Jelas ada perlambatan karena proses lebih ketat, misalnya prasyarat kesehatan dalam penerbangan harus menunggu lama dan birokratis."

"Belum lagi beberapa negara tujuan migrasi tenaga kerja masih menerapkan lockdown, travel warning, dan sebagainya," kata Wahyu.

Dengan begitu, lanjut Wahyu, desa akan kelebihan tenaga kerja.

Baca juga: RSKI Pulau Galang Disiapkan untuk Pekerja Migran Ilegal Terjangkit Covid-19

Menurutnya, jika desa berhasil merevitalisasi ekonominya, maka warganya yang akan berangkat menjadi pekerja migran akan berpikir ulang dan menjadi tenaga kerja di desanya.

Sementara itu Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Budi Arie Setiadi mengatakan selain mendorong revitalisasi ekonomi desa, ia juga ingin mendorong digitalisasi desa.

“Dari sisi Badan Usaha Milik Desa, Desa Wisata, dan lain-lain menjadi perhatian serius pemerintah di tengah pendemi. Tapi kami juga mendorong digitalisasi ekonomi desa."

Baca juga: Melihat Anak Buruh Migran di Bawah Atap Kampung Belajar Tanoker

"Ini perlu didukung semua infrastruktur dan daya dukung karena transformasi digital ini tidak terelakkan di manapun di dunia ini. Ini keharusan sebuah bangsa dalam ekonomi global yang cepat berubah," kata Budi Arie Setiadi.

Sementara itu Akademisi dari Universitas Katolik Parahyangan, Sylvia Yazid, mengatakan para pekerja migran yang pulang ke daerah karena pandemi memiliki keahlian dan kemampuan yang bisa bermanfaat bagi desa.

Menurutnya, dari hasil penelitian pada periode Juni-Juli 2019 di lima daerah kantung pekerja migran yaitu di Jember-Jawa Timur, Wonosobo-Jawa tengah, Indramayu-Jawa barat, Kupang-NTT dan Lombok-NTB, tampak jelas bahwa para pekerja migran sebetulnya hemat.

Baca juga: Komnas HAM Minta Pemerintah Lindungi WNI dari Virus Corona, Termasuk Buruh Migran

Mereka juga rajin menabung atas hasil kerjanya yang digunakan untuk modal usaha di desanya. Sayangnya mereka tidak memiliki kemampuan mengelola keuangan.

Sylviat mengatakan bimbingan pemerintah desa, organisasi masyarakat sipil dan komunitas keluarga buruh migran, diharap dapat membuat warga desa, terutama yang mayoritas merupakan mantan buruh migran, dapat memberdayakan diri dan bertahan di tengah pandemi sekarang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com