Borut menjelaskan, penolakan terjadi karena warga meyakini rapid test akan selalu berujung hasil positif Covid-19.
Mereka juga khawatir langsung dikarantina setelah menjalani prosedur itu.
“Masyarakat berpikirnya begitu, kalau di-rapid test pasti positif, karena memang yang mereka tangkap dari Gugus Tugas selama ini yang disampaikan itu hasil rapid test positif sekian dan bukan hasil rapid test reaktif," kata Borut.
Warga memblokade jalan masuk kampung dengan tumpukan kayu, bangku serta seng.
Meski tim medis sempat berusaha melakukan negosiasi, warga tetap menolak.
Dari tulisan di spanduk yang dibentangkan warga, mereka kukuh merasa sehat dan tidak memerlukan rapid test.
Warga juga tak ingin kampung mereka dianggap kampung virus.
Baca juga: Sederet Potret Kemiskinan di Tengah Pandemi, Tak Makan 2 Hari, Jual HP Rp 10.000, dan Nekat Mencuri