KOMPAS.com- Perjuangan dan kerja keras tak akan mengkhianati hasil.
Barangkali kalimat itu tepat disematkan bagi Sawitri (26), putri seorang penjaga Hutan Wanagama di Kapanewon Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.
Sawitri kini hampir menyelesaikan S3 di Universitas Tsukuba Jepang.
Di balik kesuksesan Sawitri, ada sosok sang ayah bernama Tukiyat yang merupakan seorang penjaga hutan.
Baca juga: Kisah Anak Penjaga Hutan Wanagama Yogya Bisa S3 ke Jepang, Sejak Kecil Dididik Prihatin
Tukiyat masih ingat betul, kemandirian Sawitri telah terlihat sejak ia masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK).
Saat hari kedua masuk TK, Sawitri sudah menolak diantar ke sekolah seperti teman-teman lainnya.
Sejak dulu, Tukiyat pun selalu mengajarkan kedisiplinan pada anaknya.
Ketika anaknya bangun terlambat di hari ketiga masuk TK, Tukiyat sempat menyiram air.
Semenjak saat itu, Sawitri tak pernah bangun terlambat dan selalu rajin ke sekolah.
Baca juga: Kisah Dua Polisi Rela Terlambat Bertugas Demi Tolong Wanita Hamil Korban Kecelakaan
Lantaran keterbatasan ekonomi, Sawitri harus berjalan jauh menuju sekolahnya saat SD dan SMP.
Di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMA), putrinya juga harus berjalan kaki 3 kilometer dan mencari kendaraan umum untuk sampai ke tempatnya menimba ilmu.
Tukiyat juga mengajari Sawitri hidup sederhana dan prihatin.
"Sejak kecil sudah terbiasa puasa Senin dan Kamis, selain itu saya ajarkan sopan santun dan prihatin." kata dia.
Bahkan, ketika menempuh strata satu, Tukiyat mengatakan, putrinya sering makan hanya satu kali dalam sehari.
Baca juga: Kisah Satu Keluarga di Solo 5 Tahun Tinggal di Bekas Gudang Es, Tak Layak Huni dan Angker
Tukiyat mengatakan, setelah bekerja 20 tahun menjaga hutan, dirinya baru diangkat menjadi ASN.
Namun, penghasilannya tak seberapa.
Tukiyat berubah pikiran ketika melihat kesungguhan Sawitri yang ingin melanjutkan kuliah.
Sempat gagal, putrinya itu akhirnya diterima di Fakultas Kehutanan setelah dua kali mendaftar di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selama jenjang S1 dan S2, Sawitri selalu mendapatkan beasiswa.
Baca juga: Kisah Pilu Diva Nabila, 15 Tahun Terbaring di Rumah Sempit karena Lumpuh Otak
Hingga akhirnya putrinya diterima S3 di Universitas Tsukuba Jepang pada tahun 2017 di bidang kehutanan.
Kini, Tukiyat menunggu kepulangan putri yang dicintainya usai merampungkan pendidikan S3 pada September 2020 nanti.
Ia berharap putrinya bisa memiliki pekerjaan yang baik serta menjadi contoh bagi banyak orang.
"Cita-citanya jadi dosen, Pesannya ke anak, jujur adalah utama. Lakukan apapun yang baik dengan rajin, bersikaplah sopan kepada siapa saja," kata Tukiyat.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor : Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.