KOMPAS.com - Sebuah keluarga yang terdiri dari tujuh orang menjadi klaster penularan lokal Covid-19 pertama di Aceh.
Selain tujuh anggota keluarga tersebut, dari penelusuran kontak di Aceh hingga Rabu (17/6/2020), terdata ada enam orang lain yang dinyatakan positif terjangkit.
IDI Aceh menyoal, transmisi lokal ini mungkin bukanlah yang pertama, tapi baru kali ini ada kasus-kasus yang terbukti secara sah.
Baca juga: Update Covid-19 di Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, dan Bengkulu 18 Juni 2020
Sebelumnya, pada awal April 2020, IDI Aceh memprediksi transmisi lokal di provinsi itu hanya tinggal menunggu waktu. Prediksi ini berdasarkan budaya dan perilaku masyarakat Aceh yang dinilai 'kurang patuh' dalam menjaga kesehatan.
Namun pemerintah provinsi Aceh menilai masyarakat sudah patuh pada protokol Covid-19 dan sudah melakukan pencegahan mandiri. Di sisi lain, pemprov Aceh juga tengah 'menggencarkan rapid test'.
Baca juga: Kasus Dokter Minta Pasien Buka Celana di Aceh Timur, Diklaim Sesuai Prosedur, Dilaporkan ke Polisi
"Pada 6 Juni istri mengikuti rapid tes di kantornya dengan hasil reaktif, kemudian kami berdua melakukan uji swab dan hasilnya positif. Baru pada 10 Juni kami secara kooperatif datang ke rumah sakit untuk menjalani isolasi," tutur MS kepada BBC News Indonesia.
Setelah MS dan DL dinyatakan positif, secara berangsur lima anggota keluarga terjangkit yakni YI (13), MH (14), JH (16), SH (63), dan SH (45) warga Kabupaten Aceh Utara.
Baca juga: Kasus Transmisi Lokal Covid-19 di Bali Capai 59 Persen, Meningkat Sejak Awal Juni
Mereka terbukti positif Covid-19 usai dilakukan uji swab pada 28 orang yang kemungkinan berkontak.
MS dan keluarganya dirawat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia, Kota Lhokseumawe, Aceh. Berulang kali MS yang telah lebih dari sepekan dirawat mengunggah video kondisi kesehatannya ke akun media sosial.
Mereka mengaku tak memiliki gejala Covid-19 saat dinyatakan positif alias asimptomatik.
Baca juga: Transmisi Lokal Meningkat, 13 Warga Salatiga Positif Corona
"Sampai sekarang saya bersama enam anggota keluarga baik-baik saja. Anak-anak cuma butuh makanan dan HP untuk bermain game, sementara saya bersama istri menghabiskan waktu untuk bersantai. Kami semua normal saja dan tidak merasakan gejala apapun," kata MS.
Meski dalam kondisi baik, MS menuturkan ia sempat stres ketika dirawat. Ia berpendapat seharusnya ada ruangan isolasi khusus untuk pasien positif Covid-19 yang tidak mengalami gejala.
"Di hari keempat saya sempat trauma dan stres melihat peralatan yang begitu padat, ditambah tidak bisa menghirup udara segar dan merasakan matahari pagi, jika terus - terusan seperti ini, yang tidak sakit pun bisa sakit," jelas MS.
Baca juga: Fokus Tangani Transmisi Lokal Covid-19, Pemkot Denpasar Maksimalkan Tes Massal
Hal lain yang membuat MS terganggu adalah sikap masyarakat sekitar terhadap orang-orang dekatnya.