Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Seharusnya Turun, tapi Tagihan Listrik Ini Malah Naik"

Kompas.com - 18/06/2020, 06:30 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Ika, seorang guru SMP Negeri 6 Tanjungpinang, Kepulauan Riau, terkejut mendapati tagihan listrik sekolahnya naik.

Menurutnya, melonjaknya tagihan listrik di sekolahnya itu dianggap tak wajar.

Mengingat pemerintah tidak ada kebijakan terkait kenaikan tarif listrik.

Terlebih lagi, konsumsi listrik yang dilakukan pihak sekolah dipastikan turun, karena selama pandemi corona aktivitas belajar mengajar sedang diliburkan.

"Seharusnya turun, tapi ini malah naik," kata Ika melalui telepon, Rabu (17/6/2020).

Dijelaskan Ika, rata-rata tagihan listrik di sekolahannya sebelum adanya pandemi corona hanya sebesar Rp 3.5 juta per bulan.

Namun, saat pandemi corona saat ini justru melonjak menjadi Rp 4,3 juta perbulan.

Baca juga: Banyak Keluhan Listrik Naik, Dedi Mulyadi: PLN Harus Transparan

Menyikapi hal itu, pihaknya mengaku sudah melaporkan ke Posko Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

Banyak warga yang mengeluhkan

Ilustrasi listrik PLNdok PLN Ilustrasi listrik PLN

Sementara itu, Koordinator BPSK dan PPNS Jupri Helmi saat dikonfirmasi membenarkan adanya laporan tersebut.

Bahkan, dikatakan, laporan masyarakat terkait lonjakan tarif listrik selama masa pandemi corona diketahui cukup banyak.

Dari data yang ada, dijelaskan, tercatat sudah ada 27 warga yang melaporkan kasus serupa termasuk sekolah negeri tersebut.

“Kita lihat ada sekolah yang tidak aktif pun bisa melonjak, tentu ini menjadi uji petik kita nantinya dalam melakukan penyidikan,” kata Jupri melalui telepon, Rabu.

Baca juga: Murid Belajar di Rumah, Tagihan Listrik Sekolah Ini Malah Melonjak

Menyikapi hal itu, pihaknya mengaku akan meminta klarifikasi kepada PLN UP3 Tanjungpinang.

Pasalnya, dari informasi yang ada tidak ada kenaikan tarif listrik.

"Kami ingin tahu sistem perhitungannya dan bagaimana angka ini bisa tercipta hingga meningkat di luar seperti biasanya," kata Jupri.

Penjelasan Direktur PLN

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini (tengah) di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/12/2019).Kompas.com/AKHDI MARTIN PRATAMA Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini (tengah) di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/12/2019).

Secara terpisah, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dihadapan Komisi VII DPR RI menegaskan, tidak ada kenaikan tarif listrik.

Bahkan, ia mengatakan kenaikan listrik terakhir kali yang dilakukan PLN terjadi pada Januari 2017.

Terkait lonjakan tarif listrik yang dikeluhkan pelanggan saat ini, menurutnya akibat dari adanya skema pencatatan tagihan dan meningkatnya konsumsi pelanggan saat pandemi corona.

Soal skema pencatatan tagihan listrik, dijelaskan, selama pandemi ini dilakukan penghitungan dengan rata-rata konsumsi 3 bulan terakhir.

Dengan skema itu, sehingga ada perbedaan dengan konsumsi listrik sebenarnya.

"Sebagian besar realisasi lebih besar dari tagihan yang diberikan. Selisih tersebut diberikan setelah melakukan catat meter," ujar Zulkifli.

Baca juga: Di Hadapan DPR, Bos PLN Bantah Ada Kenaikan Tarif Listrik dan Subsidi Silang

Meski demikian, pihaknya mengaku sudah memberikan relaksasi kepada pelanggan.

Mereka yang merasa keberatan dengan adanya kenaikan tagihan listrik itu bisa mencicil pembayarannya selama 3 bulan.

"Meskipun secara keuangan skema tersebut akan menambah beban PLN, langkah tersebut diambil supaya pelanggan yang sedang mengalami fase sulit tidak mendapatkan beban akibat kenaikan," ucapnya.

Penulis : Hadi Maulana, Rully R. Ramli | Editor : Abba Gabrillin, Bambang P. Jatmiko

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com