Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa Ini Hidup Damai dengan Buaya, Tak Buang Sampah ke Sungai Jadi "Kesepakatan"

Kompas.com - 17/06/2020, 18:03 WIB
Firmansyah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Ratusan buaya dan manusia hidup secara harmonis dan tidak saling menyerang di Desa Teramang Jaya, Kecamatan Teramang Jaya, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sejak puluhan tahun lalu.

Tokoh masyarakat Desa Teramang Jaya, Kecamatan Teramang Jaya, Kabupaten Mukomuko, Samsul Bahrun mengisahkan, hidup harmoni berdampingan antara ratusan buaya dan warga di sekitarnya adalah fenomena yang dijumpai setiap hari.

"Ada ratusan buaya muara bersarang di sungai. Sungai itu penuh dengan lokan terkadang lokan itu dikonsumsi oleh masyarakat. Mengambil lokan tentu saja harus waspada," jelas Samsul.

Baca juga: Detik-detik Ariyanto Digigit Buaya Saat Ceburkan Diri ke Kanal, Berteriak, Dapat 40 Jahitan

Meski sungai itu penuh dengan buaya, kata Samsul, masyarakat tidak ragu untuk memanfaatkannya sebagai tempat mandi, cuci dan kebutuhan lainnya.

Masyarakat setempat, lanjut Bahrun, tidak merasa takut dengan keberadaan buaya.

Sebab, buaya hanya muncul sesekali ke permukaan sungai, sehingga aktivitas masyarakat untuk mandi dan mencuci tetap dilakukan di aliran sungai tersebut.

Samsul menceritakan pernah sekali kasus warga diterkam buaya pada tahun 2014. Saat itu, warga sedang mandi dan mencuci.

Namun kejadian itu tidak menyurutkan warga untuk memanfaatkan sungai untuk mandi dan mencuci. Namun tentu saja aktivitas itu dilakukan dengan hati-hati.

''Warga tetap mandi di aliran sungai sampai sekarang dengan kewaspadaan,'' kata Bahrun.

Tips berdampingan dengan buaya

Warga, menurut Samsul, tidak khawatir dengan keberadaan ratusan buaya.

Ada sejumlah pantangan di sungai itu yang dapat menyebabkan buaya marah.

Ia menjelaskan tips agar buaya tidak marah di sungai itu, yakni tidak boleh membuang sampah sembarangan dan tidak boleh mencari ikan dengan setrum.

Baca juga: Remaja di Riau Diserang Buaya Saat Mandi di Kanal hingga Paha Robek

 

Selanjutnya, anak-anak tidak diperkenankan mandi tanpa diawasi orangtua.

Guna menjaga jarak dengan buaya, masyarakat setempat membuat semacam pagar pemisah di sungai yang membatasi area mandi warga dan habitat buaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com