Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan Seksual UII Yogyakarta, Penyintas: Saya Takut dan Gugup (1)

Kompas.com - 17/06/2020, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah penyintas kasus dugaan kekerasan seksual, yang diduga dilakukan oleh alumni Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta terhadap sedikitnya 30 perempuan, berniat menempuh jalur hukum.

Kasus dugaan kekerasan seksual di lingkungan kampus yang terus berulang, menuai desakan akan adanya regulasi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi.

Hingga kini, tim pencari fakta penanganan kasus kekerasan seksual di UII Yogyakarta masih terus menyelidiki kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh alumninya, yang kini menempuh pendidikan di Universitas Melbourne, Australia, sebulan setelah kasus itu bergulir.

Baca juga: Buntut Dugaan Pelecehan Seksual Alumnus UII, 2 Petisi Beredar di Australia

Senada, Universitas Melbourne masih melakukan penyelidikan terkait laporan dua alumninya yang juga mengklaim mengalami pelecehan seksual dari terduga pelaku semasa mereka kuliah di kampus tersebut, dan menegaskan bahwa kampus "sama sekali tidak mentolerir" kekerasan dan pelecehan seksual.

Terduga pelaku menyebut apa yang dituduhkan kepadanya sebagai "pembunuhan karakter". Dia mempersilakan pihak terkait "untuk menempuh jalur hukum".

Desakan bagi pemerintah Australia agar mencabut beasiswa yang diberikan kepada terduga pelaku mencuat melalui berbagai petisi yang beredar di dunia maya.

Baca juga: Media Asing Sorot Penolakan Alumnus UII Terhadap Tuduhan Pelecehan Seksual

Namun Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia mengaku belum bisa melakukan hal tersebut sebab investigasi tentang kasus belum usai, seraya menambahkan lembaga itu "menanggapi tuduhan pelanggaran seksual dengan sangat serius".

Sebanyak 30 perempuan mengadu ke LBH Yogyakarta atas kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh IM selama periode 2016-2020 di Indonesia dan Australia.

Baca juga: Kasus Pelecehan Seksual Alumnus UII, Media Asing Kupas Kronologinya

'Saya merasa benar-benar takut dan gugup'

UII Bergerak, gerakan yang diinisiasi oleh para mahasiswa UII, menyampaikan dukungan kepada para korban dugaan kekerasan seksual. UII Bergerak UII Bergerak, gerakan yang diinisiasi oleh para mahasiswa UII, menyampaikan dukungan kepada para korban dugaan kekerasan seksual.
Oleh para penyintas, IM dikenal sebagai mahasiswa berprestasi yang populer di kampus karena sering mengikuti konferensi internasional. Dia juga dikenal sebagai ustaz yang sering mengisi ceramah.

Namun, IM dituduh melakukan kekerasan seksual secara fisik. IM juga dituding kerap melakukan kekerasan gender berbasis online (KGBO).

R, salah satu penyintas, menuturkan pengalamannya kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: Kasus Dugaan Kekerasan Seksual Alumnus UII Disorot Media Asing

R mengaku kaget dan tidak nyaman ketika mendapati IM "berani menanyakan hal-hal berbau privasi" ketika mereka mengobrol melalui platform media sosial Instagram.

"Saya benar-benar panik dan bingung mau jawab apa, karena saya merasa takut ketika dia tanya seperti itu," tuturnya menceritakan kejadian yang dialaminya pada 2018 lalu, seraya menambahkan IM melanjutkan obrolan dengan pertanyaan-pertanyaan tak senonoh via telpon.

"Kalau di telepon dia bahasanya lebih liar gitu. Ketika teleponan saya merasa benar-benar takut dan gugup," imbuhnya kemudian.

Baca juga: LBH Yogyakarta Terima 30 Pengaduan Dugaan Kekerasan Seksual Alumnus UII

Dia nanya-nanya hal yang sangat privasi banget sih dan itu benar-benar kaget banget, aku R. Getty Images/Ikon Images Dia nanya-nanya hal yang sangat privasi banget sih dan itu benar-benar kaget banget, aku R.
"Di telepon, yang saya ingat sih dia suruh saya bayangin 'kalau saya ada di kamar kamu, kamu bakal ngapain'. Dia nanya-nanya hal yang sangat privasi banget sih dan itu benar-benar kaget banget," papar R.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com