Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Keluarga Agus Terpaksa Tinggal di Bekas Gudang Es karena Tak Punya Biaya, Sering Lihat Penampakan hingga Banyak Nyamuk

Kompas.com - 17/06/2020, 06:19 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Bangunan bekas gudang es di kawasan Jajar, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah itu jauh dari kesan layak huni.

Memiliki luas 10 x 6 meter persegi, bangunan tersebut dikelilingi oleh semak belukar.

Bagian atapnya berkarat serta berlubang. Sedangkan temboknya lusuh dan berjamur.

Namun siapa sangka, bangunan itu ditinggali oleh keluarga Agus Prayitno (35) yang memiliki tiga anak kecil.

Baca juga: Kisah Pilu Agus, Di-PHK karena Corona, Harus Rawat Bayinya yang Hidrosefalus

Awal mula tinggal di bekas gudang es

IlustrasiThinkstockphotos.com Ilustrasi
Agus dan keluarganya kali pertama menempati bangunan tersebut sejak 2015 atau sekitar lima tahun lalu.

Ia terpaksa meninggalkan rumah indekos mereka sebelumnya lantaran akan dijual oleh pemilik.

Sedangkan untuk mencari tempat tinggal lainnya, ia tak punya biaya karena masih menganggur saat itu.

Bekas gudang es tersebut terpaksa ia tinggali. Agus tak tega jika tiga anaknya yang berusia delapan, lima dan 1,5 tahun harus tidur di jalanan.

"Cari kerjaan belum dapat. Daripada tidak dapat tempat tidur mendingan saya dan keluarga menempati bangunan ini," kata Agus.

Baca juga: Kisah Satu Keluarga di Solo 5 Tahun Tinggal di Bekas Gudang Es, Tak Layak Huni dan Angker

 

ilustrasi bayanganpixabay.com ilustrasi bayangan
Sering lihat penampakan dan banyak nyamuk

Pertama kali menempati bangunan tersebut pada tahun 2015, Agus mengaku kerap melihat penampakan.

Namun, lama-kelamaan ia dan keluarganya terbiasa.

"Pertama-tama di sini sering melihat ada penampakan hantu. Tapi lama-lama sudah terbiasa," kata dia saat ditemui Kompas.com, Selasa (16/6/2020).

Tak hanya itu, keluarga Agus juga berhadapan dengan banyaknya nyamuk, terutama pada malam hari.

Sebab, kawasan di sekitar bangunan itu ditumbuhi semak belukar.

Baca juga: Detik-detik Anggota DPRD Ancam Karyawan Hotel, Sopirnya Ikut Memukul, Bermula Tak Terima Diingatkan Bermasker

Pernah ngamen, buka tambal ban hingga kerja di angkringan

Ilustrasi angkringan.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Ilustrasi angkringan.
Sebelum berkeluarga, Agus sempat menjadi pengamen. Ia kemudian menikah dengan Kecup Ani Noviyanti (36) pada tahun 2010.

Dari hasil pernikahannya, Agus memiliki tiga anak.

Usai menikah, ia pernah membuka jasa tambal ban. Namun, usahanya tak berjalan lancar.

Agus kini bekerja di tempat angkringan dengan gaji Rp 60.000,00 sehari.

Uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Sedangkan untuk menyewa tempat tinggal, ia tak memiliki biaya.

"Setiap hari saya dapat upah Rp 60.000. Tapi, uangnya diberikan setiap satu minggu sekali. Uang itu saya buat beli makan dan biaya hidup keluarga sehari-hari," tutur dia.

Baca juga: Sebelum Meninggal karena Covid-19, Dokter Ini Sempat Bagikan Catatan: Jangan Curigai Kami Mengada-ada dengan Corona

Ilustrasi berasKOMPAS.com Ilustrasi beras

Belum mendapatkan bantuan

Agus mengaku dirinya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Namun ia sudah cukup bersyukur lantaran bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Setiap hari saya dapat upah Rp 60.000. Tapi, uangnya diberikan setiap satu minggu sekali. Uang itu saya buat beli makan dan biaya hidup keluarga sehari-hari," tutur dia.

Sementara itu, Lurah Jajar, Jati Utama telah mengetahui keberadaan keluarga Agus.

Dia pun pernah mengusulkan bantuan untuk mereka, namun tidak bisa karena Agus masih beralamat di kelurahan lain, yaitu Kerten.

Dia juga sudah meminta Agus mengurus perpindahan alamat, karena dia masih terdata satu KK bersama ibunya.

Sedangkan ibunya sudah terdata mendapatkan Bantuan Sosial Tunai (BST) dari pemerintah.

"Sebenarnya saya ingin mengajukan sembako buat dia. Tapi dilihat status KK-nya kok penduduk Kerten masih jadi satu sama ibunya (Agus). Dan, ibunya di Kerten itu dapat BST (bantuan sosial tunai)," terang dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor : Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com