Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Satu Keluarga di Solo 5 Tahun Tinggal di Bekas Gudang Es, Tak Layak Huni dan Angker

Kompas.com - 16/06/2020, 18:17 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

"Dulunya saya pengamen di daerah sekitar sini. Jadi setiap hari saya tidur di sini. Jadi saya tahu lokasi ini karena dulunya pernah di sini," kata Agus.

Agus berusaha mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari dengan membuka jasa tambal ban tak jauh dari tempat tinggal tepatnya di Jalan Profesor Dokter Soeharso. Tapi, usahanya itu tidak berjalan dengan lama.

Setelah itu, Agus mendapat tawaran kerja di tempat angkringan atau wedangan. Setiap hari Agus berangkat mulai pukul 14.30 WIB dan pulang pukul 00.00 WIB.

"Setiap hari saya dapat upah Rp 60.000. Tapi, uangnya diberikan setiap satu minggu sekali. Uang itu saya buat beli makan dan biaya hidup keluarga sehari-hari," tutur dia.

Agus memgaku sudah sekitar empat tahun ikut bekerja di tempat wedangan tersebut.

"Saya difasilitasi sepeda motor sama pemilik wedangan. Jadi sekarang tidak lagi pakai sepeda kayuh. Berangkat pakai sepeda motor," ungkap dia.

Baca juga: Kisah Pilu Korban Pemerkosaan Dicekoki Pil Eksimer, Sempat Cadel dan Pincang Sebelum Meninggal

Disinggung apakah pernah mendapat bantuan dari pemerintah, Agus mengatakan belum pernah. Meskipun demikian, Agus tidak terlalu berharap banyak dengan bantuan pemerintah tersebut.

Bagi Agus adalah dirinya bisa bekerja dan mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari sudah bersyukur.

"Belum pernah dapat bantuan. Saya tidak dapat bantuan tidak masalah yang penting berani bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga," cetus Agus.

Terpisah, Lurah Jajar Jati Utama mengatakan, Agus dan keluarganya sudah lama tinggal di bangunan bekas gudang es. Agus diketahui masih berpenduduk asli Kelurahan Kerten.

Jati menambahkan, dirinya pernah mengusulkan bantuan untuk keluarga Agus. Tetapi, karena masih berpenduduk Kelurahan Kerten akhirnya tidak bisa. 

Pihaknya juga mengaku pernah meminta Agus untuk mengurus perpindahan KTP dan KK dari Kerten ke Jajar. Tapi, sampai sekarang belum dilakukan.

"Sebenarnya saya ingin mengajukan sembako buat dia. Tapi dilihat status KK-nya kok penduduk Kerten masih jadi satu sama ibunya (Agus). Dan, ibunya di Kerten itu dapat BST (bantuan sosial tunai)," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com