Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Penerapan Jaga Jarak di Pasar Tradisional Saat New Normal di Kota Tegal

Kompas.com - 16/06/2020, 05:50 WIB
Tresno Setiadi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

TEGAL, KOMPAS.com - Penerapan tatanan kehidupan baru atau new normal memasuki hari ke-17 di Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin (15/6/2020).

Namun, masih ada saja warga yang tidak tertib untuk menjalankan protokol pencegahan penularan virus corona seperti physical distancing atau jaga jarak aman.

Bahkan pasar menjadi tempat keramaian publik, hampir mustahil menerapkan jaga jarak fisik aman baik pedagang maupun pengunjung.

Baca juga: Tegal dan Rembang Mungkinkan Buka Sekolah dengan Syarat Ketat di Zona Hijau

Pantauan Kompas.com di sejumlah pasar tradisional, aktivitas jual beli ramai seperti biasanya, Senin (15/6/2020).

Termasuk di beberapa pasar yang sebelumnya diprogramkan Pemkot menjalankan "pasar jaga jarak".

Seperti yang terpantau di Pasar Sumurpanggang, pasar terbesar di Kecamatan Margadana, Pasar Langon, pasar terbesar di Kecamatan Tegal Timur, dan Pasar Randugunting, di Kecamatan Tegal Selatan.

Di ketiga pasar itu, baik pedagang maupun pengunjung sudah mulai tertib dalam menggunakan masker.

Beberapa sarana cuci tangan juga tersedia di seluruh pintu masuk.

Baca juga: Antar Makanan 3 Kali Sehari, Cara Warga Tegal Dukung Keluarga Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri

Namun jarak lapak yang berdempetan, akses jalan yang sempit, hampir tak ada ruang warga pasar untuk tidak berdesak-desakan apalagi tak bersentuhan.

"Tidak mungkin jaga jarak, namanya juga pasar pasti berdesak-desakan. Apalagi lapak memang ditata dari dulu berdempetan," kata Rani, salah satu pedagang di Pasar Sumurpanggang.

Kepala Pasar Langon, Untung Santoso mengatakan, sebelumnya selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Mei lalu, pihaknya sempat menerapkan "pasar jaga jarak" di Pasar Langon.

Sebanyak 35 dari 400 pedagang, diminta menggelar dagangannya di halaman pasar.

Pengelola pasar menyediakan pelataran dengan garis sekat jarak aman.

"Namun bertahan hanya sebulan. Pedagang di dalam cemburu, karena pengunjung lebih memilih belanja di luar. Karena menghindari gejolak, pedagang kembali kita masukan ke dalam," kata Untung, ditemui Kompas.com di ruang kerjanya.

Baca juga: Pemilik Warteg Positif Covid-19, Pulang dari Depok ke Tegal Pakai Travel

Untung mengakui, penerapan jaga jarak hampir mustahil dilakukan di pasar.

Selain lahan yang terbatas dengan jumlah pedagang yang mencapai ratusan. Juga karena kontak ketika transaksi jual beli mustahil jika dihilangkan.

"Rata-rata sudah tertib pakai masker dan cuci tangan, namun yang belum memang jaga jarak. Karena juga lokasinya yang tidak memungkinkan," sebut Untung.

Kepala Bidang Pasar Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Maman Suherman mengatakan, sebelumya sedikitnya dua pasar memang sempat menjalankan program "pasar jaga jarak".

Baca juga: Tak Pakai Masker, Pedagang dan Pengunjung Pasar di Kota Tegal Dihukum Push Up dan Mengaji

Selain Pasar Langon, juga pasar Randugunting. Hanya saja, karena berbagai kendala dan pertimbangan, pedagang yang sebelumnya terbagi di halaman kembali masuk ke pasar.

Termasuk adanya protes petugas parkir yang harus tersingkir.

"Tenda di halaman Pasar Randugunting rusak diterjang angin. Ada juga protes petugas parkir. Akhirnya kembali masuk. Inginnya sampai new normal, tapi memang ada keterbatasan," kata Maman, saat dihubungi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com