Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Terdengar Teriakan, Terapi Autisme Diprotes Warga, Pemilik Mengaku Salah dan Segera Pindah

Kompas.com - 13/06/2020, 16:06 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Rumah terapi autisme Terapi Amanah di Perumahan Gresik Kota Baru, Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar, Gresik diprotes warga karena sering terdengar teriakan dari pengasuh dan tangisan anak didik dari rumah tersebut.

Rumah terapi yang dinaungi Yayasan Amanah tersebut sudah beroperasi selama enam tahun. Namun warga menyebut, selama ini pengurus rumah terapi tersebut tak komunikatif dengan warga.

Aminah pengurus rumah terapi autisme Terapi Amanah enggan menanggapi protes warga tersebut. Namun Aminah mengakui kesalahan dan sedang berkemas untuk pindah dari wilayah tersebut.

Baca juga: Sering Dengar Teriakan dan Tangisan di Rumah Terapi Autis, Warga Setempat Keberatan

Selama melakukan terapi di rumah tersebut, Aminah mengatakan ada beberapa metode yang diterapkan pada anak autis yang datang ke tempat terapinya.

Setiap anak autis yang datang ditangani dengan metode berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.

"Untuk metode kami memakai beberapa metode, menyesuaikan dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak beda kasus. Ada ABA (lovas), floor time, glendoman dan beberapa metode lain disesuaikan kondisi anak," ujar Aminah.

Baca juga: Warga Protes Keberadaan Rumah Terapi Autisme di Gresik, Ini Alasannya

Tak pernah serahkan izin ke pengurus RT

Djoko Sulistyono, ketua RT 05/RW 03 Jalan Karimun Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar, Gresik.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Djoko Sulistyono, ketua RT 05/RW 03 Jalan Karimun Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar, Gresik.
Ketua RT setempat Djoko Sulistyono (55) membenarkan jika warga di lingkungannya keberatan dengan tempat terapi itu.

Djoko mengatakan warga curiga ada kejanggalan dengan metode terapi yang digunakan oleh pengurus.

Ia juga mengatakan sebagian rumah terapi tersebut tuga digunakan untuk indekos.

"Kalau yang saya tahu, rumah itu entah itu dikontrakkan atau bagaimana, yang pasti salah satunya digunakan untuk terapi anak autis. Sebagian lagi ada yang digunakan untuk orang indekos," kata Djoko.

Baca juga: 4 Langkah Menjelaskan soal Virus Corona pada Anak Autisme

Tak hanya itu. Djoko mengatakan jika tempat terapi tersebut tidak pernah memberikan izinnya kepada pihak RT.

"Saya juga sempat tanya kepada RT sebelum-sebelumnya, dan mereka juga menjawab tidak pernah menerima izin tersebut. Kalau orang Jawa itu ya unggah-ungguhnya itu lho mas, baru kemarin saat warga ramai (mempermasalahkan) kami diberi tahu," jelasnya.

Djoko menjelaskan, ia dan pengurus RT RW serta Babinsa sempat mendatangi tempat terapi tersebut pada pertengah Ramadhan lalu.

Kedatangan mereka untuk melakukan sosialisasi penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Setelah didatangi, pihak pengurus baru memberikan surat izin, daftar pengurus, serta daftar nama anak didik yang menjalani terapi di tempat tersebut kepada pengurus RT.

Baca juga: Beredar Pesan Vaksin Sebabkan Autis, Ini Penjelasan Kemenkes

Sering terdengar teriakan

Ilustrasi autismeRadachynskyi/Thinkstock Ilustrasi autisme
Sementara itu Suparti (52) warga di perumahan tersebut mengaku tak tega dan kasihan dengan anak didik di tempat terapi tersebut.

Perasaan tersebut muncul karena warga sering memdengar teriakan pengasuh di rumah terapi tersebut.

Selain itu Suparti menyebut, anak didik di rumah terapi tersebut sering menangias.

"Sebenarnya warga di sini tidak mempermasalahkan anak didiknya, tapi metode yang dilakukan itu yang membuat warga di sini tidak tega, kasihan," kata Suparti di lokasi, Jumat (12/6/2020).

Baca juga: Ditinggal Suami, Seorang Ibu Bolak-balik Tempuh 100 Km Didik Anaknya yang Autis

"Seperti suara teriakan dari pengasuh, yang membuat warga bertanya apa cara mengajarnya seperti memang itu, belum lagi adanya suara tangisan dari anak didiknya," ujar Suparti.

Ia mengatakan awalnya warga tak terganggu dengan aktivitas di rumah terapi tersebut karena selama ini warga lebih banyak bekerja dan jarang di rumah.

Namun beberapa waktu terakhir, warga sekitar banyak yang pensiun dan berdiam diri di rumah.

Baca juga: Kasus Langka, 12 Anak Autis Diduga Lahir dari Donor Sperma Tunggal

"Sementara akhir-akhir ini (beberapa tahun terakhir) banyak warga yang sudah pensiun dan purna tugas, jadi tahu sehari-harinya seperti apa. Kalau lihat seperti itu ya terus terang kasihan, enggak tega," kata Suparti.

Ia juga mengatakan warga pernah bertanya tentang metode pengajaran rumah terapi itu. Tapi, pengelola tak pernah memberikan penjelasan.

"Kami sebenarnya sudah coba mempertanyakan, tapi respons dari pengurusnya seperti itu. Pemilik rumah juga tidak pernah memberitahu warga sebelumnya bakal digunakan tempat terapi anak autis. Harusnya mereka juga menyadari itu," kata dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hamzah Arfah | Editor: Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com