Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Peternak Mengadu Soal Telur Infertil ke Presiden Jokowi: Saya Beranikan Diri

Kompas.com - 13/06/2020, 12:49 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Para peternak unggas di Blitar, Jawa Tmur, mengaku terancam gulung tikar dengan maraknya telur infertil di masyarakat akhir-akhir ini. 

Salah satu peternak unggas bernama Sukarman yang juga Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Koperasi Putera), memberanikan diri mengirim surat ke Presiden Joko Widodo.

"Saya memberanikan diri mengirim surat ke Pak Presiden," kata Sukarman.

Baca juga: Fakta Terbongkarnya Penjualan Telur Infertil, Dijual Setengah Harga hingga Bahaya Mengonsumsinya

Dalam surat tertanggal 13 Mei 2020 tersebut, Sukarman memohon kepada pemerintah untuk menindak tegas oknum di balik peredaran telur infertil.

"Sehari setelah kirim surat, banyak penjual telur infertil yang ditangkapi. Di Jawa Tengah, di Bogor banyak yang ditangkapi," kata Sukarman.

Tak hanya itu, dampak penindakan itu mulau terasa, tiga sampai empat terakhir harga jual telur layer mulai normal. 

Baca juga: Sedang Ramai Telur Infertil, Puluhan Ribu Butir Telur Ditolak Masuk Bangka

Dari awalnya kisaran Rp 13.000 terus merangkak naik hingga Rp 19.000 sampai Rp 19.500 per kilogramnya.

Kini, para peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur, bisa bernafas lega. Harga jual telur layer di pasaran yang mulai normal kembali.

"Sekarang (harganya) normal. Sesuai HPP Permendag, yaitu batas bawah Rp.19.000 dan batas atas Rp 21.000," ujar Sukarman.

 

Sempat khawatir gulung tikar

Satgas Pangan mengamankan telur infertil yang dijual di Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.KOMPAS.COM/DOK SATRESKRIM POLRESTA BANYUMAS Satgas Pangan mengamankan telur infertil yang dijual di Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Menurut Sukarman, semenjak telur infertil marah beredar dengan harga per kilogramnya hanya Rp 11.000, membuat harga telur layer terjun bebas.

Kondisi tersebut membuat Sukarman dan sejumlah peternak unggas di koperasinya terancam gulung tikar.

Baca juga: Oknum Guru SMP Potret 25 Gadis Telanjang, Ancam Denda Rp 50 Juta Jika Fotonya Jelek

 

"Dampaknya, telur layer jatuh, sampai Rp 11.000," kata Sukarman.

Sementara itu, menurut salah satu peternak unggas di Blitar, Aris Wahyudi, saat marak telur infertil dirinya memilih untuk menurunkan populasi ayamnya.

Tujuannya, agar menekan angka kerugian. Menurut Aris, biasanya dia beternak 15 ribu ekor ayam, namun kini hanya sekitar 9 ribu ekor ayam saja.

Strategi itu dijalankannya sekuat tenaga mengingat banyak peternak lain yang harus setop usaha.

Aris mempertimbangkan akan menambah kembali populasi jika harga telur terus membaik.

"Mudah-mudahan tidak ada telur infertil lagi," kata Aris melalui perpesanan instan.

 

Dasar aduan

Ilustrasi telur ayamKOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Ilustrasi telur ayam

Sebelum mengirim surat ke Jokowi, Sukarman sebetulnya telah mengirim surat ke empat kementerian, yaitu Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Keuangan.

Surat tertanggal 30 April 2020 itu juga dikirimkan ke Satgas Pangan Mabes Polri.  Saat itu Sukarman mengusulkan agar komoditas telur dimasukan dalam item bantuan sosial Covid-19.

Sayangnya, setelah seminggu tak ada respon dari Satgas Pangan Mabes Polri.

Menurut Sukarman, dasar aduan itu mengacu pada Surat Edaran Dirjen PKH Kementerian Pertanian Nomor 2804/PK.420/F/04/2017 perihal pelarangan peredaran telur bertunas (HE) dan telur infertil ke pasar tradisional serta larangan memperdagangkan telur infertil untuk konsumsi dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017.

(Penulis: Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com