Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Hoaks di Pamekasan, Jenazah Pasien Covid-19 Diambil Paksa dan Puskesmas Hampir Dibakar

Kompas.com - 13/06/2020, 10:40 WIB
Taufiqurrahman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com – Peristiwa pengambilan jenazah pasien Covid-19 terjadi di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Pasien berinisial S (60) asal Kecamatan Waru, saat jenazahnya dikirim ke lokasi pemakaman untuk dikuburkan dengan protokol Covid-19, tiba-tiba diambil paksa di tengah jalan.

Ketua Penanggulangan Covid-19 RSUD Smart Pamekasan, Syaiful Hidayat menjelaskan, petugas yang sedang mengirim jenazah ke Kecamatan Waru pada Kamis (11/6/2020), dicegat di tengah jalan oleh warga.

Baca juga: Pasien Positif Covid-19 Melahirkan, RSUD Pamekasan: Bayinya Nonreaktif Rapid Test

Setelah mobil ambulans dicegat, jenazahnya diambil dan petugas disuruh pulang ke rumah sakit bersama dengan mobil yang membawa jenazah.

"Kejadiannya dua hari yang lalu. Petugas dicegat, jezahnya diambil. Alasannya mau dikuburkan sendiri oleh warga karena tidak mau pakai protokol Covid-19," ujar Syaiful Hidayat saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (13/6/2020).

Selain dicegat, petugas juga diancam menggunakan senjata tajam.

Jika jenazah tidak diserahkan, mereka akan merusak mobil ambulans yang membawa jenazah dan akan melukai petugas.

"Daripada petugas terluka dan ambulans dirusak, mereka mengalah dan pulang," ungkap Syaiful Hidayat.

Baca juga: Bayi Usia 28 Hari Positif Covid-19 di Pamekasan, Diduga Tertular Saat Digendong Tetangga

Selain kejadian pengambilan jenazah secara paksa, Syaiful mengungkapkan ada warga yang mengancam akan membakar sebuah Puskesmas di Kecamatan Tlanakan.

Ratusan massa mendatangi Puskesmas karena tidak terima ada pasien yang dinyatakan positif Covid-19.

 

Saat jenazah mau dikirim ke RSUD Smart Pamekasan untuk dimandikan dengan protokol Covid-19, warga berdemonstrasi.

"Akhir-akhir ini semakin banyak tekanan dan ancaman kepada petugas medis dan dokter. Bahkan ada yang mau membakar Puskesmas," ungkapnya.

Kejadian lainnya, kata Syaiful, unjuk rasa warga Kecamatan Waru karena tidak mau RSUD Waru dijadikan sebagai tempat observasi pasien Covid-19.

Baca juga: Pedagang Sayur Positif Covid-19, Pasar Kolpajung Pamekasan Tak Ditutup

Sementara dua rumah sakit rujukan di Kabupaten Pamekasan sudah tidak muat untuk menampung pasien Covid-19.

Beberapa kejadian tersebut, menurut Syaiful, karena masyarakat terpengaruh informasi hoaks yang disebarkan di media sosial.

"Masyarakat mulai tidak percaya dengan corona karena informasi hoaks di media sosial. Kami para dokter dan tenaga medis sering mendapat ancaman fisik dan psikologi," kata Syaiful.

Karena semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap adanya wabah virus corona, jumlah pasien positif dan PDP semakin hari di Kabupaten Pamekasan semakin bertambah.

Ruang isolasi sudah tidak mampu menampung pasien lagi. Petugas medis juga mulai kewalahan melayani pasien.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Jatim Bertambah 243, Pasien Sembuh Bertambah 252 Orang

Ditambah lagi pasien yang sedang diisolasi, sering berbuat ulah seperti mengamuk, mencaci maki tenaga medis, dan minta pulang meskipun belum sembuh.

"Untuk menyadarkan masyarakat tentang corona, butuh peran tokoh agama dan ulama karena panutan masyarakat Madura adalah ulama. Kalau tugas kami hanya merawat pasien saja," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com