Pada bulan Mei, tagihan itu naik 20 kali lipat. Ia harus membayar Rp 20.158.686,00.
"Logikanya tidak mungkin bisa tagihan listrik segitu. Apa yang saya gunakan?" tutur dia.
Setelah diusut, penyebab tagihannya naik adalah kebocoran daya reaktif (kVarh).
Kebocoran ini bersumber dari alat berupa kapasitor yang rusak dan tak berfungsi.
Teguh menyayangkan pihak PLN tak menyosialisasikan alat kapasitor itu ketika mengganti meteran listrik.
"Harusnya disurvei dulu ya. Kalau kapasitor saya rusak dan meteran digital sensitif. Karena namanya orang jualan harus memberikan pelayanan. Mereka asal main ganti,” ujar Teguh.
Baca juga: Fakta Tagihan Listrik Bengkel Warga Rp 20 Juta, Kapasitor Rusak hingga PLN Meminta Dicicil
PLN mengatakan, tagihan yang harus dibayar oleh Teguh nilainya tetap sama, yakni sekitar Rp 20 juta.
"Karena secara pemakaian sudah betul, ya solusi yang kami tawarkan sama dengan yang lain, artinya cicilan pembayaran," kata Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan PLN Malang Raya M Eryan Saputra.
Eryan mengemukakan, kerusakan kapasitor itulah yang membuat tagihan membengkak. Kerusakan tersebut adalah tanggung jawab pengguna.
"Pada intinya dari sisi peralatan PLN tidak ada yang bermasalah, tapi dari sisi pelanggan ada perawatan namanya kapasitor sudah tidak berfungsi dengan baik," ujar Eryan.
Baca juga: Tagihan Listrik di Banten Membengkak, Ini Penjelasan PLN