Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Bertahan di Masa Pandemi, Buruh Cuci hingga Kupas Bawang

Kompas.com - 12/06/2020, 09:59 WIB
Reni Susanti,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com – Hodariah melangkahkan kakinya menyusuri jalan di kawasan Pasar Haurpancuh, Kota Bandung, Jawa Barat.

Pemandangan di sekelilingnya berbeda jauh dengan biasanya yang ramai dengan hiruk pikuk pedagang.

Hal ini terjadi seiring dengan penutupan pasar yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung setelah satu pedagang dinyatakan positif  terjangkit virus corona atau Covid-19.

Baca juga: Cara Mudah Membedakan Ciri Telur Infertil yang Bahaya Dikonsumi

Meneruskan langkahnya, Hodariah tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah di Gang I, kawasan Pasar Haurpancuh.

Dikeluarkannya sarung tangan plastik yang langsung dipakai.

Hodariah duduk dan mulai mengupas bawang putih satu per satu.

“Kalau enggak pakai sarung tangan, panas ke tangan. Ini saja pakai sarung tangan panas, apalagi kalau enggak pakai,” ucap Hodariah kepada Kompas.com, Kamis (11/6/2020).

Hodariah merupakan perempuan asal Tasikmalaya.

Ia tinggal bersama kedua anaknya. Salah satu di antaranya baru akan masuk sekolah menengah pertama (SMP).

Sedangkan suaminya sudah meninggal.

Baca juga: 4 Kuintal Telur Infertil di Pasar Tasikmalaya Diduga dari Lampung

Sebelum pasar ditutup, ia menggantungkan hidup dari berjualan kopi di Pasar Haurpancuh.

Sejak pandemi virus corona, pergerakannya terbatas. Ia pun memutar otak mencari pekerjaan tambahan.

Ia kemudian menjadi buruh cuci di tiga rumah dengan bayaran Rp 500.000 per bulan untuk tiap rumah.

Namun, karena masih belum mampu menutupi sewa kosan dan kehidupan sehari-hari, ia pun menjadi buruh kupas bawang putih.

Setiap hari, ia mengupas bawang putih dari pukul 11.00 sampai pukul 23.00 WIB.

Upahnya Rp 25.000 per karung. Sehari, rata-rata ia bisa mengupas 8 karung bawang.

“Saya mah asalkan bisa makan, saya kerjakan saja apa yang bisa saya kerjakan,” tutur Hodariah.

Baca juga: Pasar Haurpancuh Ditutup, Pedagang Kebingungan Cari Pendapatan

Hodariah mengaku bekerja keras membanting tulang untuk membayar kosan dan memberi makan keluarga.

Apalagi selama pandemi terjadi, penghasilannya turun drastis. Jika sebelum corona ia bisa membeli ikan 1 kilogram, maka kini hanya dua ekor ikan.

“Dulu orang pasar juga suka ngasih beras, tempe, uang jajan, dan yang lainnya, karena saya membantu pekerjaan mereka. Sedangkan dari pemerintah, saya mendapat bantuan 10 kilogram beras per bulan oleh pemerintah,” ucap dia.

Namun bantuan-bantuan dari warga pasar itu tidak lagi terjadi setelah pasar ditutup sementara.

Ia pun hanya mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Saat ditanya tentang mimpi, Hodariah hanya menjawab sederhana, yakni bisa membayar kosan, memberi makan anaknya dan melihat anaknya lulus sekolah.

Pengusaha bawang putih Safutra Rantona mengatakan, sejak pasar ditutup, daerahnya menjadi sepi.

“Pedagang di sini banyak yang mengeluh tidak ada penghasilan karena pasar ditutup,” kata Safutra.

Untuk sedikit membantu mereka, Safutra mempekerjakan 5 orang ibu-ibu untuk mengupas bawang.

Ia berharap, kondisi pandemi segera berakhir, agar roda ekonomi kembali berputar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com