Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Kuintal Telur Infertil di Pasar Tasikmalaya Diduga dari Lampung

Kompas.com - 12/06/2020, 06:45 WIB
Irwan Nugraha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tasikmalaya Kota, Jawa Barat, menyita 4 kuintal telur infertil dari seorang pedagang di sekitar Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya.

Seorang penjual telur tak laik edar tersebut dimintai keterangan polisi untuk bahan penyelidikan dan pendalaman kasus baru yang terungkap di Kota Resik tersebut.

"Benar, kita sudah amankan 4 kuintal telur infertil yang tak layak diperdagangkan atau dikonsumsi masyarakat sangat bahaya. Diduga telur yang dijual dengan harga murah tersebut berasal dari tempat breading atau penetasan anak ayam," kata Kepala Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Yusuf Ruhiman kepada wartawan, Kamis (11/6/2020).

Baca juga: Ciri-ciri Telur Infertil dan Cara Membedakannya dengan Telur Konsumsi

Yusuf menambahkan, sesuai keterangan dari pihak Laboratorium pemerintah daerah setempat, telur infertil tersebut busuk dan tidak layak dikonsumsi.

Pihaknya pun mendapatkan keterangan dari penjual bahwa telur infertil tersebut berasal dari Lampung, Sumatera.

"Kita dalami kasusnya, distributor berasal dari luar Tasikmalaya yakni dari Lampung sesuai keterangan sementara," ujar dia.

Kini, telur yang disita tersebut disimpan di dinas terkait daerah setempat supaya tidak diperjualbelikan.

Pihaknya meminta kepada masyarakat untuk lebih teliti dalam membeli telur di pasaran dan tak tergiur dengan harga penawaran yang lebih murah.

"Jelas bahaya dikonsumsi, saya harap masyarakat bisa lebih berhati-hati," kata Yusuf.

Baca juga: Apa Itu Telur Infertil?

Diberitakan sebelumnya, Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menemukan penjual telur infertil atau HE selama masa pandemi corona di sekitar wilayah Komplek Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Selasa (9/6/2020).

Petugas awalnya curiga karena harga dari pedagang tersebut sangat murah mencapai Rp 15.000 per kilogram.

Padahal saat ini harga telur lokal di lokasi yang sama mencapai Rp 22.000 sampai Rp 24.000 per kilogram.

"Awalnya kita mendaptkan laporan dari warga pasar yang memberitahukan ada salah satu pedagang telur baru di pinggir jalan yang menjual harga rendah Rp 15.000 sampai Rp 17.500," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya Tedi Setiadi kepada wartawan, Selasa.

Tedi menambahkan, selama ini penjualan telur infertil atau HE melanggar Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam RAS dan Telur Konsumsi.

Dalam peraturan tersebut, perusahaan yang kedapatan menjual telur HE akan dikenakan sanksi peringatan tertulis, penghentian kegiatan, hingga sanksi terberat penghentian kegiatan usaha.

"Telur infertil atau HE atau tertunas ini nantinya bakal menjadi anak ayam dan biasanya kalau pada suhu yang cocok bisa menjadi anak ayam, tetapi selama ini disimpan di ruangan tidak cocok, makanya pertumbuhan tak sempurna. Akan tetapi, telur infertil menjadi mati dan akhirnya membusuk dan jika dikonsumsi jelas menganggu kesehatan," kata Tedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com