KOMPAS.com- Rombongan tenaga medis diusir oleh pedagang pasar di Cileungsi, Bogor ketika hendak melakukan rapid test massal yang ketiga kalinya, Rabu (10/6/2020).
Pihak pasar menuding, hasil rapid test sebelumnya yang dilakukan di lokasi yang sama, rancu dan tak akurat.
Sedangkan tim gugus tugas menilai, pengusiran terjadi lantaran pedagang takut merugi.
Gugus tugas mengatakan, rapid test sebagai upaya pemerintah menekan penyebaran Covid-19 dianggap membuat pasar menjadi sepi pembeli.
Baca juga: 4 dari 7 Pasien Positif Corona di Kabupaten Bogor Pedagang Pasar Cileungsi
Tampak dalam video, sejumlah petugas medis mendatangi Pasar Cileungsi Bogor.
Ada 4 mobil yang membawa para petugas medis saat itu.
Namun sejumlah pedagang mengusir mereka sehingga rapid test pun urung dilaksanakan.
Petugas TNI dan Polri terlihat ikut mengawal rombongan mobil ketika hendak keluar di tengah aksi protes pedagang.
Terdengar suara seseorang dalam rekaman berdurasi 34 detik tersebut.
"Petugas Covid-19 diusir sama pedagang Cileungsi, terimakasih sudah kompak ngusir petugas Covid-19," kata seorang laki-laki.
Baca juga: Klaster Pasar Cileungsi Bogor Sumbang Pasien Covid-19 Terbanyak
Staf Humas dan Keamanan Pasar Rakyat Cileungsi Ujang Rasmadi mengemukakan, pedagang memag bereaksi menolak kembali rapid test massal yang menyasar mereka.
Penyebabnya, hasil rapid test sebelumnya dinilai rancu.
"Ini sudah yang ketiga kali dan akhirnya terjadi penolakan karena penjelasannya rancu, ditambah data hasilnya tidak akurat," kata Ujang.
Pemkab Bogor dan Gugus Tugas, lanjut Ujang, tak pernah menginformasikan hasil rapid test dan swab dari 57 orang di lingkungan Pasar Cileungsi.
Kerancuan data tersebut dinilai menimbulkan keresahan hingga membuat pedagang merugi lantaran sepi pembeli.
Menurut Ujang, jumlah kerugiannya bisa mencapai ratusan juta.
"Makanya saya bilang beri lah data yang akurat, sehingga pasar kami ini jangan dipermainkan terus, anjlok pedagang kami, jatuh nama baiknya, itu yang menjadi amarahnya pedagang kemarin," kata Ujang.
Baca juga: Pasien Corona dari Klaster Pasar Cileungsi Bogor Bertambah
"Informasikan pula bahwa rapid test dan swab PCR itu biayanya sangat mahal," ungkap dia.
Namun oleh petugas rapid test dinilai sebagai sesuatu yang mengancam perekonomian mereka.
Pedagang takut rugi lantaran pembeli berkurang.
Ia menduga penolakan terjadi karena kesalahpahaman mengenai tujuan uji tes Covid-19.
Oleh sebab itu, kepala unit pasar diminta bisa menjadi mediator antara pemerintah dan pedagang.
"Sosialisasikan, jelaskan dan komunikasikan agar pasar menyusun dan menerapkan SOP protokol kesehatan yang ketat. kita tidak mengharapkan terjadinya second wave di sana dan ini yang memaksa pemerintah akan mengambil langkah penutupan paksa Pasar Cileungsi," kata dia.
Baca juga: Video Viral Pedagang Pasar Cileungsi Usir Tenaga Medis, Ini Penjelasan Gugus Tugas
Awal Juni lalu, Syarifah Sofiah menginformasikan 16 orang positif terinfeksi Covid-19 dari klaster Pasar Cileungsi Bogor.
"Sampai saat ini positif Covid-19 klaster Pasar Cileungsi jadi 16 orang dari hasil tes swab massal beberapa waktu lalu," ujar dia.
Bahkan penyebaran klaster Cileungsi ini tak hanya mengenai pedagang. Namun juga pembeli termasuk pihak keluarga pedagang.
"Data hari ini yang 6 orang ini (klaster pasar) campur, ini satu keluarga di antaranya anaknya adalah pedagang. Jadi ini Pasar Cileungsi yang sudah transmisi lokal di keluarga pedagang," kata dia.
Usai mendapati temuan itu, dilakukan penataan manajemen pasar.
Tim juga akan terus melakukan tracing dan upaya menekan penyebaran dengan rapid test massal.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Kabupaten Bogor, Afdhalul Ikhsan | Editor : Abba Gabrilin, Farid Assifa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.