Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Petani di Tengah Wabah, Terancam Gagal Panen hingga Lawan Godaan Tengkulak

Kompas.com - 11/06/2020, 16:56 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Ketika matahari pagi mulai menampak rupa, Miswanto sudah terbangun dari tidur.

Usai menyantap sarapan pagi, Ketua Kelompok Tani Tempur Rejo, Kelurahan Handil Bakti, Samarinda, Kalimantan Timur ini, bergegas menuju sawah.

Hari itu, Selasa (9/6/2020), dia bersama para petani lain, memperluas areal sawah.

Lahan-lahan tidur dibajak menggunakan satu unit traktor tangan secara bergantian.

“Kami perluas jadi 16 hektar. Persiapan stok padi di tengah wabah corona,” ungkap Miswanto saat ditemui Kompas.com di areal persawahan miliknya.

Baca juga: Cerita Petani Bogor Temukan Ranjau Darat Peninggalan Perang, Awalnya Dikira Buah Kelapa

Meski sebagian lahan baru dibuka, sebagian areal lain sudah siap panen. Hamparan sawah membentang memberi suasana hijau.

“Panen tanam lagi. Begitu siklusnya selama tiga musim dalam satu tahun, jika alamnya mendukung,” tutur dia.

Di areal tanah kering dibikin terasering untuk tanaman hortikultura seperti sayur dan buah-buahan.

“Kami memaksimalkan semua lahan tidur untuk ketersediaan bahan pangan di Samarinda,” terang dia.

Baca juga: Melawan Saat Ditangkap, Pelaku Pembacokan 2 Petani Ditembak Polisi

Panen padi terakhir pada Mei sebanyak 5,3 ton per hektar. Langsung ludes diserbu pedagang, masyarakat sekitar dan beberapa pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda.

Terancam Gagal Panen

Untuk panen kali ini, kata Miswanto, kurang lebih setengah hektar terancam gagal karena hama.

Sejak padi mulai berisi, tikus, dan walang sangit menyerang.

“Kurang obat hama,” ungkap dia sambil menunjuk ke areal yang terancam gagal panen.


Karena itu Miswanto berharap agar ada bantuan pemerintah daerah untuk obat-obatan hama padi selama Covid-19 ini.

“Kami butuh racun tikus, dan obat hama walang sangit. Selama ini belum pernah terima bantuan racun tikus. Kalau secara individu sudah,” katanya.

Selain hama, persoalan irigasi pertanian juga sering jadi kendala.

“Musim panas biasanya kami kendala air. Padahal kami berusaha panen setahun empat kali. Tapi kadang tersendat dengan air,” terangnya.

Baca juga: Harimau Menerkam Petani, Petugas Pasang Kamera Pengintai

Dia berharap ada bantuan irigasi. Mengingat di sekitar areal sawah itu ada lintasan Sungai Mahakam.

“Mestinya petani tidak kesulitan air, asal didukung pemerintah daerah,” kata dia.

Tengkulak yang Datang Menggoda

Miswanto menuturkan, tidak jarang para tengkulak datang menawar hasil panen mereka di lokasi.

Mereka datang berniat memborong semua hasil panen dengan tawaran harga murah.

“Mereka (tengkulak) suka banting harga. Katanya, musim corona stok beras banyak datang dari Jawa, jadi harga turun,” terang dia.

Dari harga jual normal Rp 11.000 per kilogram ditawarkan jadi Rp 9.500.

Miswanto dan petani lain tak percaya begitu saja. Justru, di tengah pandemi corona, stok sembako terbatas.

“Mestinya harga naik,” tegas dia.

Selain datang ke lokasi, ada pula yang menghubungi lewat ponsel.

“Ada saja, dalam sehari bisa dua sampai tiga orang hubungi saya, tawar hasil panen dengan harga murah,” ungkapnya.

Baca juga: Hindarkan Petani dari Tengkulak, UPJA Ini Beli Langsung GKP ke Petani

Jika tawaran tersebut disetujui maka para tengkulak akan memborong semua hasil panen.

Bukan hanya padi, hasil ternak para petani di Tempur Rejo pun ditawar murah.

“Ternak kami, mereka bilang musim corona, tidak yang bikin selametan (acara), jadi harga ayam turun,” cerita dia.

Tawaran tetap ditolak para petani.

Karena harga jual yang tak stabil, petani di Samarinda berencana membuat pasar sendiri.

“Sudah ada lahan disiapkan. Nanti hasil semua hasil pertanian kami drop ke situ. Namanya pasar petani,” kata dia.

Kepala Dinas Pertanian Samarinda, Endang Liansyah mengaku belum mendengar laporan jika ada petani di Samarinda yang gagal panen di tengah pandemic Covid-19.

“Belum ada laporan ke saya. Saya baru dengan ini,” ungkap dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/6/2020).

Kendati demikian, Endang memastikan ketersedian stok obat-obat hama dan pupuk subsidi ada, asal para petani mengajukan permohonan bantuan.

Kemudian, soal irigasi, menurut Endang pemerintah bisa membantu asal status lahan tersebut peruntukannya jelas sesuai dengan RTRW.

Baca juga: Gapura di Gerbang Masuk Samarinda Disebut Mirip Ekor Kurama Naruto, Ini Kata Dinas PU

“Kalau areal tersebut untuk lahan pertanian sesuai RTRW maka usulan bikin irigasi bisa dilakukan,” jelasnya.

Hanya saja, kata Endang, sebagian besar lahan di Samarinda berstatus areal penggunaan lain (APL). Artinya, status lahan tersebut bisa digunakan untuk apa saja.

“Karena memang Samarinda ini kota. Jadi areal untuk areal pertanian memang kurang,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com