Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Teras Cihampelas Bandung, Makin Hancur Ditinggal Pedagang Selama PSBB

Kompas.com - 11/06/2020, 06:30 WIB
Putra Prima Perdana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Kondisi Teras Cihampelas yang sebelumnya sudah kumuh dan sepi pengunjung, kini makin hancur akibat tak terurus selama ditinggal para pedagang dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar  (PSBB) hampir tiga bulan ke belakang.

Padahal, dulu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memuji Pemerintah Kota Bandung yang telah membangun Teras Cihampelas.

Waktu itu, usai sekitar 20 menit blusukan didampingi Wali Kota Bandung saat itu, Ridwan Kamil, Presiden Jokowi mengatakan, Teras Cihampelas merupakan wujud penghargaan pemerintah terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.

"Teras Cihampelas yang didesain, dikerjakan oleh Wali Kota Bandung, saya kira merupakan  sebuah penghargaan yang sangat baik untuk pedagang kaki lima," ujar Jokowi, Rabu (12/4/2017).

Baca juga: Teras Cihampelas Bandung, Riwayatmu Kini...

Namun kini, kondisi Teras Cihampelas seperti tidak ada lagi istimewanya. Hal tersebut terlihat ketika beberapa pedagang yang berharap bisa kembali berjualan,  membersihkan Teras Cihampelas dari sampah-sampah yang berserakan serta puing-puing infrastruktur yang rusak.

Dari pantauan Kompas.com, sejumlah infrastruktur seperti dua  instalasi payung bambu berbentuk daun, lampu-lampu penerangan dan lampu-lampu hias semua hancur dan rusak.

"Wifi  dan CCTV ada yang nyabut," kata Kiki Amaluki , salah satu pengurus Badan Pengurus Teras Cihampelas (BPTC) kepada Kompas.com di Teras Cihampelas, Rabu (10/6/2020).

Sampah berserakan

Kemudian, sampah-sampah juga terlihat berserakan. Sampah-sampah tersebut kemudian ditampung ke sejumlah plastik sampah.

Menurut Kiki, sampah tersebut berasal dari dedaunan yang kemudian menyebabkan saluran air tersumbat dan membuat ubin  pedestrian di atas langit itu tergenang air.

"Saluran air banyak yang mampet karena tutup saringan banyak yang hilang juga jadi sampah gampang masuk. Air jadi menggenang. Tapi sekarang sudah dibersihkan (saluran airnya), mudah mudahan tidak menggenang lagi, " akunya.

Baca juga: 20 Menit Blusukan di Teras Cihampelas, Jokowi Puji Ridwan Kamil

Keceriaan di Teras Cihampelas pun sudah tidak tampak. Ubin warna-warni terlihat kusam, bangku-bangku banyak yang rusak, cat pun banyak yang sudah memudar dan terlepas.

"Glass blok dan keramik pada rusak sama lampu penerangan jalannya juga (tidak menyala),"  tuturnya.

 

Sejumlah kios dibobol maling

Tanaman di Teras Cihampelas tidak terurusKOMPAS.com/PUTRA PRIMA PERDANA Tanaman di Teras Cihampelas tidak terurus
Nasib nahas juga dialami sejumlah pedagang khususnya pedagang kuliner. Meski kerugiannya tidak terlalu besar, beberapa kios diketahui pernah dibobol orang tidak dikenal.

Kiki mengatakan, kuat dugaan orang yang membobol kios-kios kuliner di Teras Cihampelas adalah anak jalanan (anjal) gelandangan, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Sebab, selama ditinggalkan, Teras Cihampelas yang dikerjakan oleh PT Likatama Graha Mandiri dengan anggaran Rp 48 miliar tersebut selama ditinggal pedagang justru banyak dimanfaatkan oleh anjal, gelandangan, PMKS dan ODGJ.

Baca juga: Teras Cihampelas, Mimpi Jalan Kaki Tanpa Bertemu Mobil dan Motor

 

Salah satu ODGJ pun masih terlihat mondar mandir saat pedagang membersihkan

"Orang gila ada tiga. Pernah dibawa Polsek Coblong tapi malah kembali lagi," ungkapnya.

Berharap ada perhatian Pemkot Bandung

Kiki mengatakan, para pedagang saat ini berharap ada perhatian dari Pemerintah Kota Bandung terutama ketegasan dari pihak Satpol PP Kota Bandung.

Sebab, sepinya kondisi teras Cihampelas diawali dari maraknya Pedagang Kaki Lima (PKL) baru di bawah Skywalk.

Baca juga: Pembangunan Teras Cihampelas Habiskan Dana Rp 48,5 Miliar

 

Padahal, dulu, Teras Cihampelas dibuat untuk memfasilitasi PKL Cihampelas yang membuat kumuh pusat wisata Cihampelas.

"Kita rencananya mau mulai jualan tanggal 13 Juni. Tapi pedagang lesu, soalnya di bawah PKL makin bertambah. Kalau di bawah masih ada PKL kami lebih baik turun ke bawah," tandasnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com