Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Ajaran Leluhur Telah Ajarkan Kita Jaga Jarak Sosial

Kompas.com - 09/06/2020, 23:19 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Pria yang selalu memakai iket putih itu mencontohkan orang baduy yang hingga saat ini berhasil menangkal virus dan bahkan menolak bantuan pemerintah. Mereka berhasil menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan.

“Contoh lainnya adalah masyarakat Bali yang memiliki kemiripan dengan orang Sunda. Kasus Covid-19 di sana minim karena masyarakat sudah terbentuk dengan melakukan karantina wilayah yang dijaga pecalang, ditambah rumah dan lingkungan mereka yang terjaga. Sehingga yang kena (Corona) hanya pendatang atau turis,” ucapnya.

Sejak ia menjadi bupati Purwakarta sudah memiliki konsep balik ka lembur atau pulang ke asal.

"Tapi kita belajar mengenai ajaran-ajaran karuhun malah dianggap mistis, kita bicara Sunda Wiwitan malah dianggap bertentangan dengan agama,” ujar Dedi.

Padahal, kata Dedi, dalam ajaran tersebut banyak makna atau filosofi yang terkandung untuk kebaikan. Ia pun meminta hal itu tak hanya dipandang dari sisi mistis atau ketuhanannya.

"Tapi kita lihat kebaikan-kebaikan yang sangat bermanfaat untuk saat ini,” katanya.

Logika anggaran

Selain mengenai kekarantinaan, Dedi juga mengemukakan idenya melakukan logika terbalik dalam pemanfaatan anggaran.

Salah satunya adalah setiap desa membuat satu bangunan khusus yang bisa berfungsi sebagai ruang tamu atau di saat seperti ini bisa digunakan untuk tempat isolasi mandiri.

Hal lainnya adalah puskesmas harus berperan besar dalam kesehatan masyarakat seperti namanya Pusat Kesehatan Masyarakat.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Kita Bisa Hidup Tanpa Rapat di Hotel, Pemangkasan Anggaran Harus Dilanjut

 

Sehingga Puskesmas yang baik yang paling banyak memiliki Alat Kesehatan (Alkes), jenis obat dan jenis perawatan, tetapi mereka yang berhasil menciptakan lingkungan yang sehat.

“Saya dulu mengusulkan gaji dokter itu diubah, bukan yang paling banyak mengurus pasien, membuat resep itu mendapat gaji paling banyak. Tapi semakin sedikit pasien yang datang, semakin sedikit resep dibuat karena masyarakatnya sehat, itulah yang digaji paling besar,” ujarnya.

Menurut Dedi, saat ini yang difokuskan adalah anggaran yang besar untuk memperbanyak alat kesehatan, ambulans dan sebagainya.

"Sekarang kita ubah itu semua. Karena orang itu banyak bangkrut karena masalah kesehatan, begitu juga dengan negara ini bisa mengalami kebangkrutan,” ujar Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com