Agus menambahkan, masyarakat tidak akan terpengaruh terhadap dua pasangan calon wali kota dari PDI-P, apakah Purnomo atau Gibran yang memiliki antusiasme tinggi dari pemilih.
Sebab, jelas Agus, Solo dipenuhi oleh pemilih yang tradisional dan loyal. Masyarakat akan tetap menentukan pilihannya terhadap calon yang direkomendasikan oleh PDI-P.
"Kalau popularitasnya Gibran tentu lebih tinggi dari Purnomo karena ketokohan Bapaknya (Presiden Jokowi). Dia punya sumber daya apa punlah. Keluarga Jokowi dikenal keluarga elite ekonomi dan politik yang orang segan dan tahu popularitasnya. Dan, agak sulit dikalahkan elite politiknya," jelas dia.
Lebih jauh, Agus menilai, jika pilkada serentak dilaksanakan di tengah pandemi wabah virus corona atau Covid-19, tentu partisipasi pemilih akan menurun.
Sebab, secara psikologis, corona akan mengganggu masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya di pilkada.
"Kalau praktik money politic itu masih jalan, praktik money politic yang sekarang agak sulit dilakukan. Karena berkumpul orang banyak sulit. Kampanye juga agak sulit karena diatur tidak bertemu banyak orang dengan virtual dan jejaring," ungkap Agus.
Sementara itu, melihat perkembangan pemilih di Solo didominasi milenial dari pada pemilih tua.
Adapun usia pemilih milenial ini antara 17 sampai 40 tahun, sehingga kalau ada calon muda, mereka diperkirakan akan memilih pemimpin yang berorientasi jangka panjang.
"Itu akan menjadi pertimbangan DPP PDI-P, pilihannya apakah Purnomo atau Gibran rekomendasinya," terang Agus.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan