Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penggali Kubur Khusus untuk Jenazah Pasien Covid-19

Kompas.com - 08/06/2020, 07:15 WIB
Aji YK Putra,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sudah dua bulan Herman (52) tidak tidur di rumahnya.

Herman merupakan salah satu penggali kubur khusus jenazah pasien Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Gandus Hill, Palembang, Sumatera Selatan.

Herman memilih tidak bertemu dengan keluarganya untuk sementara waktu, karena khawatir dirinya membawa virus corona.

Meski demikian, hingga saat ini Herman dalam kondisi yang sehat.

Baca juga: Viral Video Ulang Tahun Anak Wali Kota Lhokseumawe Saat Pandemi Corona

Pria kelahiran Juni 1965 ini bercerita, sejak 16 April 2020 lalu, dia bersama empat temannya yang lain ditugaskan untuk menggali makam pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Semenjak itu, Herman lebih banyak menghabiskan waktunya di Pos TPU Gandus Hill.

Herman hanya kembali ke rumah untuk mengganti pakaiannya yang sudah kotor.

"Pulang dua kali sehari sekali, hanya ganti baju lalu ke sini lagi," kata Herman kepada Kompas.com, Minggu (7/6/2020).

Tanpa pelindung yang memadai

Istri, anak dan cucunya mengerti dengan kondisi tersebut.

Herman pun mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya untuk tetap bekerja meskipun memiliki risiko tinggi.

Dalam bekerja, Herman hanya berbekal cangkul dan baju lusuh yang ia gunakan.

Jauh dari keamanan seperti petugas medis yang menggunakan pakaian hazmat untuk melindungi diri.

Baca juga: Menghindar Saat Malam Pertama, Pengantin Perempuan Ternyata Laki-laki

Meski demikian, ia mengaku ikhlas melakukan hal itu demi misi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19.

"Kalau kita semua menolak untuk memakamkan, terus siapa yang mau memakamkan. Saya hanya berdoa minta perlindungan sama Allah selama bekerja. Ini semua demi kemanusiaan," ujar Herman.

Semenjak dijadikan kawasan pemakaman khusus Covid-19 pada pertengahan April 2020 lalu, sudah 135 jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) dimakamkan di TPU Gandus Hill.

Dalam sehari, paling sedikit dua pasien PDP meninggal dan dikebumikan. Bahkan, sempat 12 jenazah dalam sehari dimakamkan usai Lebaran kemarin.

"Pada malam Lebaran saja 7 jenazah, sesudah lebaran 12 jenazah. Kami hanya 5 orang, itu sangat capek sekali," kata Herman.

Upah Rp 150.000

Makam khusus Covid-19 yang digali Herman dan empat timnya itu memiliki ukuran yang berbeda dibandingkan makam pada umumnya.

Jika pada pemakaman umum ukurannya memiliki lebar 60 sentimeter dan panjang 90 sentimeter, maka makam khusus Covid-19 memiliki lebar 90 sentimeter dan panjang 210 sentimeter.

"Karena kita mengikuti ukuran peti, kalau makam biasa kan hanya jenazahnya saja," kata Herman menjelaskan.

Bersama timnya, Herman dibayar upah sebesar Rp 750.000 untuk satu lubang makam.

Uang itu mereka bagi lima untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Kondisi itu tak membuat Herman mundur sebagai penggali kubur di TPU Gandus Hill. Dia tetap menerima upah tersebut dengan ikhlas.

"Tidak ada uang tambahan lain, hanya itu saja. Kalaupun ada dikasih vitamin. Tapi kami tetap ikhlas, karena ini hanya ini yang bisa saya bantu selama pandemi ini," ujar Herman.

Kepala Seksi Pemakaman TPU Gandus Hill dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) Sarjan menambahkan, jarak antara pemakaman khusus PDP Covid-19 dan umum sekitar 500 meter.

Ada 2 hektar lahan yang disiapkan khsusus PDP Covid-19.

Namun, ia tak mengetahui pasti jumlah pasien yang sudah resmi dinyatakan positif corona dan dimakamkan di sana.

"Jumlah pastinya belum tahu, kalau kabar burung dari 135 yang sudah dimakamkan 38 ada yang positif," kata Sarjan.

Sarjan mengatakan, jenazah termuda berusia 2 bulan dan paling tua usia 80 tahun.

Para keluarga yang berduka hanya diperbolehkan melihat dari kejauhan saat prosesi pemakaman dilakukan.

"Ada juga yang keluarganya tidak datang. Mereka hanya menelepon minta disebutkan pemakamannya nomor berapa, karena di sini risiko tinggi jika mereka datang," ujar Sarjan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com