Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corona Datang, Bunga Mawar Tak Lagi Dipesan

Kompas.com - 07/06/2020, 15:01 WIB
Rachmawati

Editor

Hal itu ia lakukan untuk mencegah tumbuhnya tunas baru. Menurut Hidayat, biaya perawatan dan pemotongan bunga mawar jauh lebih besar sementara pemesanan berkurang hingga 80 persen.

“Dibiarkan membusuk itu gunakanya untuk menahan, menahan tunas yang baru. Kalau dipotong, tunas baru muncul, takutnya bulan depan ini masih Covid belum reda, nanti membuang lagi (bunganya)."

"Kalau dibiarkan berbentuk bunga, kan tunasnya sedikit tertahan, tujuannya untuk menahan waktu saja. Dibiarkan sampai habis, karena biaya perawatan bunga mawar itu lebih tinggi dari (tanaman) buah dan sayur,” kata dia.

Baca juga: Percepat Penyaluran, 9 Daerah Tanda Tangani MoU Bantuan Pangan JPS dengan Pemprov Jatim

Menurut Hidayat, pandemi corona dangat dirasakan para petani bunga potong dan bunga hias di Kota Batu.

Petani bunga mawar, kata Hidayat, memilih menunggu situasi kembali normal, meski tidak tahu sampai kapan akan berakhir.

Mereka tidak akan mengganti ke tanaman lain karena akan lebih menyulitkan dan mahal biayanya jika nantinya harus kembali ke bunga mawar.

Saat ini, Hidayat mengatakan para petani bunga berharap bantuan pemerintah atau swasta. Salah satuny adalah memanfaatkan bunga mawar yang tidak laku untuk menjadi minyak atsiri yang dimanfaatkan oleh industri kosmetik.

Baca juga: Selain Subsidi Listrik Pemerintah Diminta Prioritaskan Bantuan Pangan dan Kesehatan

“Mungkin kalau untuk giat percontohan, kami ya sangat siap apabila kami dari tim relawan desa diberi kewenangan, ataupun diberi bantuan dalam bentuk alat penyulingan atsiri, karena kebutuhan atsiri untuk kosmetik san lain sebagainya itu kan masih sangat terbuka luas,” jelas Hidayat.

Sementara itu Kepala Desa Bulukerto, Suwantoro mengaku telah mengajukan permintaan bantuan peralatan pembuat teh mawar kepada pemerintah daerah namun hingga kini belum terlaksana.

Baca juga: Mengapa Mawar Berduri?

Suwantoro berharap, bunga mawar asal desanya dapat tetap memberi keuntungan, meski harumnya tidak lagi dapat dirasakan seperti sebelum ada virus corona.

“Kita juga pengajuan untuk minuman teh, teh mawar kan bisa. Tapi dengan Covid ini kan belum bisa diajukan karena mendadak, karena belum ada dari pemerintah pun, kami mengajukan belum ada solusi untuk pembuatan teh itu, teh dari mawar itu kan perlu proses, perlu ada alat-alat untuk memproses bunga tersebut,” kata Suwantoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com