Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] "Lari, Nak, Minta Tolong sama Warga" | Surabaya Jadi Zona Hitam Covid-19

Kompas.com - 04/06/2020, 06:20 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Di Jambi, seorang perempuan berusia 20 tahun berinisial NA mengaku diculik.

Ia terakhir berpamitan pada keluarganya ke ATM di Pasar Jambi pada Jumat (29/5/2020).

Hilang beberapa hari, NA ditemukan di Jakarta dalam keadaan kebingungan pada Selasa (2/6/2020).

Sedangkan di Surabaya, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan, Kota Surabaya tak lagi berwarna merah namun menghitam dalam peta sebaran Covid-19.

Dia menilai hal ini disebabkan lantaran tingginya kasus positif corona di Surabaya.

Berikut berita populer nusantara yang menjadi fokus perhatian pembaca Kompas.com:

Baca juga: Lari, Nak, Minta Tolong sama Warga...

1. "Lari, Nak, minta tolong sama warga.."

Ilustrasi.IST Ilustrasi.
NA, perempuan berusia 20 tahun di Jambi diduga diculik.

Awalnya ia berpamitan hendak ke ATM di Pasar Jambi, Jumat (29/5/2020).

Namun ia tak kunjung kembali. Lebih mengejutkan lagi, NA akhirnya ditemukan lima hari kemudian di Jakarta.

Halil, ayah kandung NA mengatakan, anaknya sempat menghubunginya melalui sms dan telepon.

NA mengabarkan, saat itu dirinya terkunci di sebuah mobil dan diculik.

Sebelum komunikasi terputus, Halil menyarankan NA untuk lari.

"Coba lari, Nak, minta tolong sama warga," kata dia.

Lima hari kemudian NA ditemukan oleh seorang sopir taksi di kawasan Blok M, Jakarta.

Saat ditemukan, NA dalam kondisi syok dan bingung.

Ia pun dibawa ke Polsek Senen dan dijemput oleh keluarganya.

Kasat Reskrim Polresta Jambi Kompol Suhardi Hary Haryanto mengatakan pihaknya masih mendalami kasus ini.

Baca juga: Lari, Nak, Minta Tolong sama Warga...

 

Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir.Tangkapan layar Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir.
2. Surabaya diklaim berubah menjadi zona hitam, ada apa?

Empat hari terakhir, Kota Surabaya diklaim berubah warna dari merah menjadi hitam di peta persebaran Covid-19.

Penyebabnya, lantaran peningkatan kasus yang signifikan di Kota Pahlawan.

"Semakin banyak catatan kasusnya, warga di peta sebaran akan semakin besar hingga berwarna hitam," tutur Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi, Selasa (2/6/2020).

Mengacu data, jika jumlah kasus positif di atas 1.025 kasus maka peta menjadi zona hitam.

Padahal hingga Selasa (2/6/2020) jumlah kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.

Baca juga: Mengupas Zona Hitam Surabaya, Kasus Meningkat dan Apresiasi Doni Monardo

3. Doni Monardo ungkap penyebab peningkatan kasus di Surabaya

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni MonardoDok. Pemkot Surabaya Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo memetakan penyebab tingginya peningkatan kasus positif Covid-19 di Surabaya.

Doni justru memberikan apresiasi pada Pemkot Surabaya yang telah bekerja keras.

Tingginya temuan kasus, kata Doni, disebabkan lantaran tracing yang agresif serta pengambilan sampel yang masif dilakukan di banyak lokasi.

"Tentunya tak mudah mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," tutur dia.

Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya mengatakan, dirinya telah melakukan tes massal terhadap 27.000 orang di Surabaya.

"Jadi, kami lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid dan sebagainya," kata dia.

Baca juga: Doni Monardo Ungkap Penyebab Peningkatan Kasus Positif Covid-19 di Surabaya

 

IlustrasiPIXABAY.com Ilustrasi
4. Diamuk warga karena cabuli anak kandungnya

Seorang ayah berinisial N (43) di Desa Mumbu, Kecamatan Woja, Dompu mencabuli anaknya yang masih berusia 16 tahun.

Remaja berinisial E itu dilakukan berulang kali sejak empat tahun lalu.

Pada 2016, N mencabuli E sebanyak dua kali. Kemudian, di tahun 2020 N kembali berusaha mencabuli E.

Hal ini diketahui oleh paman korban.

Berang mendengar keterangan korban, sang paman mendatangi rumah pelaku bersama warga, Selasa (2/6/2020).

N pun diamuk oleh warga yang marah. Pelaku babak belur dan kini ditahan di Polres Dompu.

Baca juga: Berulang Kali Cabuli Anaknya, Seorang Ayah Babak Belur Dihajar Warga

5. Ibu 3 anak diadili karena curi sawit

RMS (31), menerima bantuan sembako dari polisi, usai dilaporkan mencuri tandan buah sawit PTPN V Sei Rokan di Desa Tandun Barat, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rohul, Riau, Selasa (2/6/2020). RMS mencuri tandan buah sawit dengan alasan untuk membeli beras.Dok. Polres Rohul RMS (31), menerima bantuan sembako dari polisi, usai dilaporkan mencuri tandan buah sawit PTPN V Sei Rokan di Desa Tandun Barat, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rohul, Riau, Selasa (2/6/2020). RMS mencuri tandan buah sawit dengan alasan untuk membeli beras.
Seorang ibu nekat mencuri standan buah sawit milik PTPN V Sei Rokan di Desa Tandun Barat, Kecamatan Tandung, Kabupaten Rokan Hulu, Riau demi membeli beras.

Sebab, beras untuk makan ketiga anaknya yang masih kecil sudah habis.

Ibu berinisial RMS (31) itu mencuri tandan sawit bersama tiga temannya menggunakan sebuah egrek tangkai kayu.

Aksi mereka diketahui oleh petugas sekuriti perusahaan BUMN yang tengah berpatroli.

Saat itu, RMS ditangkap sedangkan dua temannya kabur.

Dalam kasus tersebut, perusahaan merugi tiga tandan buah sawit senilai Rp 76.500,00.

Kasus tersebut dibawa ke ranah hukum.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Ghinan Salman, Idham Khalid, Idon Tanjung | Editor: Robertus Belarminus, Dheri Agriesta, Pythag Kurniati, Farid Assifa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com