Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Stroke Dimakamkan di Makam Khusus Pasien Covid-19, Suami Akan Gugat Gugus Tugas

Kompas.com - 03/06/2020, 20:48 WIB
Himawan,
Khairina

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Andi Baso Ryadi Mappasule, warga yang tinggal di Kabupaten Gowa, siap menggugat Tim Gugus Tugas Covid-19 Sulawesi Selatan.

Ia tidak terima almarhumah istrinya dikuburkan di pemakaman khusus Covid-19 di Macanda, Gowa.

Ryadi mengatakan, istrinya Nurhayani dimakamkan di Pemakaman Macanda usai dijadikan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 oleh pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada Senin (15/5/2020) lalu.

 Baca juga: Sebanyak 18 Tenaga Medis RS TK II Pelamonia Makassar Positif Covid-19, Semuanya OTG

Padahal, kata Ryadi, istrinya tersebut masuk ke rumah sakit karena mengalami gejala stroke.

Ryadi beserta anak-anaknya pun sempat menolak usaha tim gugus untuk memakamkan istrinya dengan protap pemakaman Covid-19.

Penolakan Ryadi bersama anak-anaknya itu terekam dalam video dan baru viral pada Rabu (3/6/2020).

Sang anak bahkan sempat menaiki mobil ambulans yang ingin membawa ibunya di pemakaman. 

"Istri saya tidak memiliki riwayat penyakit, tiba-tiba kena stroke. Lama penanganannya sampai pecah pembuluh darah dan dia mengeluh sakit kepala terus. Jam 3 sore kena, kurang 5 menit jam 12 malam meninggal dan divonis PDP," ujar Ryadi saat diwawancara wartawan, Selasa (2/6/2020). 

Ryadi sangat yakin istrinya tidak terpapar virus corona. Namun ketika dia mencoba mengambil jenazah istrinya, aparat TNI yang berjaga di rumah sakit hendak memborgolnya.

Dia juga memohon mencium sepatu tim gugus agar tim gugus tidak memakamkan istrinya di Macanda. 

Namun karena usahanya tersebut tidak membuahkan hasil, Ryadi sempat tidur di bawah mobil yang akan mengangkut istrinya. Namun, sekali lagi aparat TNI kembali menyeretnya. 

Baca juga: Viral, Video Wanita Keluarga Pasien RS Siloam Makassar Diseret Tim Satgas Covid

Saat sampai di pemakaman khusus Covid-19, Ryadi kembali kecewa karena dia tidak dibebaskan untuk masuk melihat prosesi pemakaman sang istri untuk yang terakhir kali. 

"Setelah penguburan kami ditinggal begitu saja. Tidak satupun petugas medis menyapa kami. Saya berpikir dalam hati, istri saya PDP, kenapa saya tidak diisolasi, anak-anak saya tidak diberi tindakan," kata Ryadi. 

Kemarahan Ryadi akhirnya memuncak ketika pada tanggal 22 Mei 2020 dia menerima hasil laboratorium swab bahwa istrinya negatif Covid-19. 

Dia pun kini tengah mempersiapkan langkah hukum untuk menggugat gugus tugas penanganan Covid-19 dan berniat memindahkan makam istrinya dari pemakaman khusus pasien Covid-19. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com