Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Misteri Kematian Mantan Juragan Kulit Asal Magetan yang Ditemukan Tewas Membusuk di Gudang

Kompas.com - 03/06/2020, 17:31 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Sumarlan (62), warga Kelurahan Kauman, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ditemukan tewas membusuk di gudang kulit di Lingkungan Industri Kulit (LIK), Selasa (2/6/2020).

Dikutip dari TribunMadura.com, diketahui, Sumarlan dulunya merupakan juragan kulit yang terkenal. Namun, karena usahanya ambruk ia diduga mengalami depresi dan tidak mau pulang ke rumahnya.

Polisi menyebut, korban diduga sudah meninggal 10 hari yang lalu.

Baca juga: Sopir Truk Setubuhi Siswi SMA hingga Hamil, Tepergok Kakak Saat Keluar dari Jendela Kamar Korban

Namun, hingga saat ini polisi masih menyelidiki penyebab kematian mantan juragan kulit tersebut.

Mayat korban pertama kali ditemukan warga karena mencium bau busuk dari gudang penyimpanan kulit milik Sumarlan. Oleh warga langsung dilaporkan ke polisi.

Polisi yang mendapat laporan dari warga langsung mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Baca juga: Seorang Ayah Setubuhi 2 Anak Tirinya hingga Hamil, Terbongkar Saat Ditanya Nenek

Kapolsek Magetan AKP Iin Pelangi mengatakan, berdasarkan keterangan anaknya, sang anak terakhir kali mengirimkan makanan ke tempat tinggal korban sekitar 10 hari yang lalu.

Saat itu, sang anak mengirimkan makanan kepada korban dengan cara mengantungnya di pintu rumah.

Namun, saat korban ditemukan tewas, makanan yang dikirim anak korban masih tergantung di pintu.

”Nasi yang dikirim anaknya 10 hari lalu dengan cara dicantolkan dipintu masih utuh,” ujar Iin melalui sambungan telepon, Rabu (3/6/2020).

Baca juga: 10 Hari Nasi Kiriman Tergantung di Pintu, Sumarlan Ditemukan Tewas Membusuk di Gudang

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, kata Iin, korban diperkirakan meninggal 10 hari yang lalu, dan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Iin menduga korban meninggal karena sakit.

"Tapi kita masih menunggu hasil visum untuk memastikan penyebab kematian," katanya.

Pekerja kulit di LIK Magetan bernama Sigit mengatakan, dulunya korban merupakan juragan kulit terkenal.

"Tapi setelah usahanya ambruk, Pak Sumarlan ini mengalami depresi dan tidak mau pulang ke rumahnya, sampai meninggal ini," katanya dikutip dari TribunMadura.com.

Baca juga: Seorang Istri Ajak 2 Pria Bersetubuh di Rumahnya Saat Suami Sedang Pergi, Digerebek Warga

Masih dikatakan Sigit, kalau almarhum sudah tidak pulang ke rumah keluarganya bertahun-tahun.

"Penampilannya seperti orang gila. Bertahun tahun nggak pernah mandi, baik pagi maupun sore hari," ujarnya.

Kata Sigit, keluarga korban biasanya sehari tiga kali mengantar makanan untuk almarhum.

Namun, sambungnya, sejak sepuluh hari lalu, keluarganya tidak lagi bisa menemui almarhum karena pintunya selalu dikunci.

"Keluarga almarhum terakhir kali ketemu sekitar 10 hari lalu saat mengantar makanan. Setelah itu tidak lagi ketemu, karena pintunya selalu terkuncinya," ujar Sigit.

Baca juga: Ini Alasan Istri Ajak 2 Pria Selingkuhannya Bersetubuh di Rumah

Sementara itu, Ketua DPD Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia Magetan, Basuki mengatakan, Sumarlan tinggal sendiri di rumah yang dijadikan gudang kulit itu.

Kata Basuki, gudang itu merupakan tempat penampungan kulit sisa yang biasanya diolah menjadi rambak.

Selain itu, sambung Basuki, Sumarlan juga dikenal orangnya tertutup.

“Setahu saya sendiri di situ. Orangnya memang tertutup. Dulu sempat bawa pembeli juga ke tempat saya,” ujarnya.

Baca juga: Ini Alasan Istri Ajak 2 Pria Selingkuhannya Bersetubuh di Rumah

 

(Penulis : Kontributor Magetan, Sukoco | Editor : Dheri Agriesta)/TribunMadura.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com