Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surabaya dan Zona Hitam Corona, Petakan Warga Positif dengan Rapid Test Massal

Kompas.com - 03/06/2020, 12:32 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Hingga Selasa (2/6/2020), kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus. Hal tersebut membuat peta sebaran Covid-19 di Surabaya terlihat hitam sejak empat hari terakhir.

Daerah lain sekitar Surabaya yang terlihat merah pekat adalah Kabupaten Sidoarjo dengan 663 kasus dan Kabupaten Gresik dengan 183 kasus

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," kata Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi, Selasa (2/6/2020).

Baca juga: Doni Monardo Ungkap Penyebab Peningkatan Kasus Positif Covid-19 di Surabaya

Tracing dan rapid test massal

Sementara itu Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan peningkatan kasus Covid-19 di Surabaya karena Pemkot Surabaya melakukan tracing dan rapid test massal.

Rapid test massal dilakukan Pemkot Surabaya di berbagai wilayah khususnya daerah yang terkonfirmasi pasien positif.

"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, di Balai Kota Surabaya, Selasa.

Baca juga: Menkes dan Kepala BNPB Puji Cara Risma Tangani Covid-19 di Surabaya

Hal yang sama diungkapkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Menurutnya peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 itu terjadi karena pihaknya terus gencar melakukan rapid test massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi.

"Jadi, kami lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid, dan sebagainya. Sampai hari ini rapid test kurang lebih sebanyak 27.000 orang," Risma.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengaku saat Covid-19 muncul pada awal Maret 2020 lalu, pihaknya kesulitan untuk melakukan rapid test dan test swab karena keterbatasan alat.

Baca juga: Surabaya Jadi Zona Hitam, Apa yang Terjadi?


 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima bantuan berupa 120.000 masker non medis daei Badan Intelijen Negara (BIN) di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020). Dok. Pemkot Surabaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima bantuan berupa 120.000 masker non medis daei Badan Intelijen Negara (BIN) di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020).
Karena keterbatasan alat kesehatan saat itu, menurut Risma, membuat kasus Covid-19 di Surabaya menjadi tinggi.

Namun sekarang ia menerima banyak bantuan untuk rapid test hingga bisa melakukan tesa massal di sejumlah tempat mulai jalan raya hingga tempat ibadah.

"Ketika pertama saat kami menerima data seseorang itu positif di awal dulu, kami selanjutnya men-tracing. Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.

Dari hasil tracing itu, petugas mendetailkan siapa saja yang melakukan kontak.

Baca juga: Viral Pelantikan Kepala Sekolah Tak Patuhi Protokol Covid-19, Pemkot Surabaya Minta Data Peserta

Ia mencontohkan, dalam satu perusahaan, ditemukan satu orang positif setelah dilakukan tes.

"Maka, satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," papar Risma.

Setelah itu, dokter mendatangi rumah ODR dan melakukan pemeriksaan.

Jika kondisinya berat, maka dirawat ke rumah sakit. Namun, jika sebaliknya, orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk diisolasi.

Baca juga: Kaget Dapat Bantuan Lagi, Risma: Saya Bersyukur, BIN Bantu Selesaikan Covid-19 di Surabaya

Risma menyampaikan, ada beberapa pasien yang tidak mau diisolasi karena mereka menyatakan tidak terjangkit dan ingin diisolasi mandiri di rumah .

"Nah, ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri, kadang-kadang ada vitamin," ujar Risma.

Baca juga: Cerita Risma Soal Bantuan Corona, Geger Mobil PCR hingga Bersyukur Ada BIN

Petakan warga positif dan negatif

Ilustrasi virus corona, Covid-19, pasien virus coronaShutterstock/Anton27 Ilustrasi virus corona, Covid-19, pasien virus corona
Sementara itu Menkes Terawan mengapresiasai keputusan yang diambil Risma di tengah pandemi Covid-19.

"Saya melihat ini luar biasa Ibu, etosnya, semangatnya. Meski dengan keterbatasan (alat) dan itu luar biasa. Kalau orang lain boleh menilai yang lain, tapi saya melihat ini luar biasa," kata Terawan.

Menurutnya rapid test massal yang digelar Pemkot Surabaya dapat memisahkan dan memetakan warga yang positif dan negatif.

Terlebih lagi, ketika diperiksa hasil rapid test reaktif, tetapi swab negatif, maka bisa diketahui pula orang tersebut adalah calon untuk donor plasma.

Baca juga: Kasus Covid-19 Tinggi, Pemkot Surabaya Terima Ribuan Baju Hazmat dan Masker KN95 dari Kemenkes

"Nah, dia pasti punya imunitas terhadap Covid-19. Artinya, imunitas di masyarakat sudah tumbuh dengan luar biasa dan Ibu sudah melakukan hal yang baik, memisahkan dan sebagainya. Mudah-mudahan ini bisa terus terdukung dengan swab yang sudah didatangkan," kata Terawan.

Ia juga menawarkan langsung kepada Risma untuk mendatangkan alat kesehatan jika kebutuhan di Surabaya masih kurang.

"Kalau kurang lagi nanti kita datangkan lagi, tidak usah khawatir, Bu. Bu Risma tinggal matur (bilang) saja. Jujur untuk PCR, swab test itu rebutan seluruh dunia. Jadi kalau kita bisa dapatkan, maka Pak Doni (Kepala BNPB) ini luar biasa menjalin konektivitasnya. Namun, yang lebih sulit lagi adalah perjuangan Ibu Wali Kota," kata dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal, Ghinan Salman | Editor: David Oliver Purba, Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com