Karena keterbatasan alat kesehatan saat itu, menurut Risma, membuat kasus Covid-19 di Surabaya menjadi tinggi.
Namun sekarang ia menerima banyak bantuan untuk rapid test hingga bisa melakukan tesa massal di sejumlah tempat mulai jalan raya hingga tempat ibadah.
"Ketika pertama saat kami menerima data seseorang itu positif di awal dulu, kami selanjutnya men-tracing. Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.
Dari hasil tracing itu, petugas mendetailkan siapa saja yang melakukan kontak.
Baca juga: Viral Pelantikan Kepala Sekolah Tak Patuhi Protokol Covid-19, Pemkot Surabaya Minta Data Peserta
Ia mencontohkan, dalam satu perusahaan, ditemukan satu orang positif setelah dilakukan tes.
"Maka, satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," papar Risma.
Setelah itu, dokter mendatangi rumah ODR dan melakukan pemeriksaan.
Jika kondisinya berat, maka dirawat ke rumah sakit. Namun, jika sebaliknya, orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk diisolasi.
Baca juga: Kaget Dapat Bantuan Lagi, Risma: Saya Bersyukur, BIN Bantu Selesaikan Covid-19 di Surabaya
Risma menyampaikan, ada beberapa pasien yang tidak mau diisolasi karena mereka menyatakan tidak terjangkit dan ingin diisolasi mandiri di rumah .
"Nah, ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri, kadang-kadang ada vitamin," ujar Risma.
Baca juga: Cerita Risma Soal Bantuan Corona, Geger Mobil PCR hingga Bersyukur Ada BIN
"Saya melihat ini luar biasa Ibu, etosnya, semangatnya. Meski dengan keterbatasan (alat) dan itu luar biasa. Kalau orang lain boleh menilai yang lain, tapi saya melihat ini luar biasa," kata Terawan.
Menurutnya rapid test massal yang digelar Pemkot Surabaya dapat memisahkan dan memetakan warga yang positif dan negatif.
Terlebih lagi, ketika diperiksa hasil rapid test reaktif, tetapi swab negatif, maka bisa diketahui pula orang tersebut adalah calon untuk donor plasma.
Baca juga: Kasus Covid-19 Tinggi, Pemkot Surabaya Terima Ribuan Baju Hazmat dan Masker KN95 dari Kemenkes
"Nah, dia pasti punya imunitas terhadap Covid-19. Artinya, imunitas di masyarakat sudah tumbuh dengan luar biasa dan Ibu sudah melakukan hal yang baik, memisahkan dan sebagainya. Mudah-mudahan ini bisa terus terdukung dengan swab yang sudah didatangkan," kata Terawan.
Ia juga menawarkan langsung kepada Risma untuk mendatangkan alat kesehatan jika kebutuhan di Surabaya masih kurang.
"Kalau kurang lagi nanti kita datangkan lagi, tidak usah khawatir, Bu. Bu Risma tinggal matur (bilang) saja. Jujur untuk PCR, swab test itu rebutan seluruh dunia. Jadi kalau kita bisa dapatkan, maka Pak Doni (Kepala BNPB) ini luar biasa menjalin konektivitasnya. Namun, yang lebih sulit lagi adalah perjuangan Ibu Wali Kota," kata dia.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal, Ghinan Salman | Editor: David Oliver Purba, Robertus Belarminus)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.