Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes dan Kepala BNPB Puji Cara Risma Tangani Covid-19 di Surabaya

Kompas.com - 02/06/2020, 22:29 WIB
Ghinan Salman,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan penanganan Covid-19 di Surabaya di depan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020) sore.

Kedatangan Terawan dan Doni merupakan kegiatan kunjungan kerja.

Di hadapan keduanya, Risma menjelaskan, pihaknya telah berupaya melakukan tracing dan pemetaan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Surabaya.

"Ketika pertama saat kami menerima data seseorang itu positif di awal dulu, kami selanjutnya men-tracing. Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma saat mengawali paparannya di lobi lantai II Balai Kota Surabaya, Selasa.

Baca juga: Surabaya Jadi Zona Hitam, Apa yang Terjadi?

Dari hasil tracing itu, kemudian ditemukan orang dengan risiko (ODR).

Dari data itu, pihaknya kemudian mendetailkan siapa saja yang melakukan kontak.

Ia mencontohkan, dalam satu perusahaan, ditemukan satu orang positif setelah dilakukan tes.

"Maka, satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," papar Risma.

Baca juga: Risma Pamit, Ada 19 Nama Mendaftar ke PDI-P yang Siap Menggantikan


Setelah itu, dokter mendatangi rumah ODR dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dirawat ke rumah sakit.

Namun, jika sebaliknya, orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk diisolasi.

Risma menyampaikan, ada beberapa pasien yang tidak mau diisolasi karena mereka menyatakan tidak terjangkit dan ingin diisolasi mandiri di rumah.

"Nah, ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri, kadang-kadang ada vitamin," ujar Risma.

Pemkot Surabaya juga gencar melakukan rapid test massal dan swab test di beberapa lokasi yang dinilai menjadi sumber pandemi.

Tak lupa Risma berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan, Badan Intelijen Negara (BIN), dan BNPB karena telah membantu kebutuhan alat pelindung diri (APD) dan alat kesehatan.

Sebab, ketika di awal, wali kota dua periode ini mengaku sedikit kesulitan karena keterbatasan alat kesehatan.

"Jadi kita lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid dan sebagainya. Sampai hari ini rapid test kurang lebih sebanyak 27.000 orang," kata Risma.

Mendengar paparan yang disampaikan Risma, Menkes Terawan memberikan apresiasi.

Ia mengaku kagum dengan cara yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.   

Ia menilai, ada sisi lain yang luar biasa dari upaya yang telah dilakukan Risma.

"Saya melihat ini luar biasa Ibu, etosnya, semangatnya. Meski dengan keterbatasan (alat) dan itu luar biasa. Kalau orang lain boleh menilai yang lain, tapi saya melihat ini luar biasa," kata Terawan.

Terawan mengatakan, rapid test massal yang digelar Pemkot Surabaya dapat memisahkan dan memetakan mana warga yang positif dan negatif.

Terlebih lagi, ketika diperiksa hasil rapid test reaktif, tetapi swab negatif, maka bisa diketahui pula orang tersebut adalah calon untuk donor plasma.

"Nah, dia pasti punya imunitas terhadap Covid-19. Artinya, imunitas di masyarakat sudah tumbuh dengan luar biasa dan Ibu sudah melakukan hal yang baik, memisahkan dan sebagainya. Mudah-mudahan ini bisa terus terdukung dengan swab yang sudah didatangkan," kata Terawan.

Terawan menyatakan kesiapannya untuk mendukung penuh Pemkot Surabaya dalam upaya percepatan penanganan Covid-19.

Dalam kesempatan itu, ia menawarkan langsung kepada Risma untuk mendatangkan alat kesehatan jika kebutuhan di Surabaya masih kurang.

"Kalau kurang lagi nanti kita datangkan lagi, tidak usah khawatir, Bu. Bu Risma tinggal matur (bilang) saja. Jujur untuk PCR, swab test itu rebutan seluruh dunia. Jadi kalau kita bisa dapatkan, maka Pak Doni (Kepala BNPB) ini luar biasa menjalin konektivitasnya. Namun, yang lebih sulit lagi adalah perjuangan Ibu Wali Kota," kata dia.

Ia berharap semangat yang ditunjukkan Risma bersama jajarannya tidak pernah pudar.

Apalagi, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan menjadi ibu kota Provinsi Jawa Timur.

"Saya harapkan semangat yang ibu tunjukkan tidak luntur, tapi tetap harus sehat. Dan ibu tinggal telepon saya dan Pak Doni, kami akan mengupayakan yang terbaik untuk kota ini," ucap Terawan.

Adapun Kepala BNPB Doni Monardo menyampaikan, kehadirannya di Surabaya atas instruksi langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberikan dukungan penuh kepada masyarakat Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya.

"Kami mengikuti terus perkembangan Kota Surabaya. Jadi langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh Kota Surabaya saya rasa ini sudah sangat baik," kata Doni.

Menurut dia, peningkatan kasus terkonfirmasi positif di Surabaya karena kerja keras untuk mengambil sampel-sampel dari berbagai kawasan.

Pemkot Surabaya sudah melakukan di beberapa tempat atau wilayah yang dinilai menjadi sumber penularan virus corona.

"Tentunya ini tidak mudah juga untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya itu ada yang positif, dan ini suatu langkah strategi yang cukup cerdas," kata Doni.

Surabaya zona hitam

Sebelumnya diberitakan, dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengatakan, warna hitam menunjukkan kasus Covid-19 di daerah tersebut lebih dari 1.025 kasus.

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (2/6/2020).

Hingga Selasa malam, kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com