Belakangan, tersebar kabar sebaliknya. Ia disebut-sebut positif corona. Kabar tersebar di media sosial. Usut punya usut, kabar itu muncul dari Tukijo dan Suwarjiyo.
Tukijo menceritakan, ia sejatinya tidak berniat menyebar informasi yang tidak benar tentang tetangganya itu. Ia awalnya hanya berniat mengingatkan keponakan yang berada di Bibis agar hati-hati dengan potensi penyebaran corona.
Pesan disampaikan via voice chat.
“Karena sinyal sulit,” kata Tukijo.
Tak disangka, pesan suara ini lantas tersebar luas.
Ia mengakui bahwa pesan yang diberikan terlalu tergesa-gesa. Padahal belum ada hasil swab. Ia pun mengaku begitu menyesal atas hal ini.
"Saya sangat menyesal karena terlalu terburu-buru. Ini menyebabkan kabar yang membuat keluarga (tetangganya itu) tidak nyaman. Saya sangat minta maaf sebesarnya atas hal itu," kata Tukijo.
Suwarjiyo pun menceritakan hal serupa. Ia tidak bermaksud untuk mencemarkan tetangganya. Terlebih, Suwarjiyo sebenarnya memiliki hubungan kerabat yang sangat dekat dengan warga Bibis ini.
“Saya khilaf. Saya juga minta maaf atas kekhilafan ini,” kata Suwarjiyo.
Pihak desa sampai turun tangan menyelesaikan persoalan.
Lurah Adi mengungkapkan, penyelesaian permasalahan warga didorong lewat kearifan lokal kalurahan.
Mereka membangun musyawarah dan mufakat antara Suwarjiyo dan Tukijo dengan keluarga yang merasa dicemarkan itu.
Dari rembugan itu, masing-masing memperoleh sanksi dan mesti menjalankannya.
Intinya, kedua warga Hargorejo ini harus memperbaiki nama baik tetangganya, baik lewat komunikasi langsung ke warga, edukasi, hingga media sosial.
Tukijo dan Warsito bersedia menerima sanksi yang diminta. Salah satu caranya dengan menempel poster berisi permohonan maaf pada keluarga atas kabar tidak benar tersebut.
"Kami bersedia menempel semua poster ini ke tempat-tempat yang ditentukan," kata Tukijo.
Mereka mendatangi tempat-tempat ramai, seperti pasar hingga rumah makan, juga papan informasi.
Keduanya pun menempelkan poster di sana dan bila ada warga kebetulan bertanya, mereka menyempatkan memberi penjelasan.
Dengan aksi demikian, mereka berharap informasi yang tidak benar akhirnya bisa diredam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.