KOMPAS.com- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah akan memberlakukan penerapan new normal bagi sekolah di Jawa Tengah mulai Juli 2020.
"Untuk new normal ini kita jalankan secara efektif mulai Juli atau habis libur tahun ajaran baru," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Jumeri.
Lantas bagaimana rancangan skema hingga persiapan menuju new normal di dunia pendidikan?
Baca juga: Soal New Normal di Mal, Pengelola Siap Ikuti Aturan Pemerintah
Di bulan itu, tepatnya tanggal 12 Juni 2020, siswa dan orangtua bakal diminta hadir untuk mengambil rapor.
"Tanggal 12 Juni, siswa dan orangtua akan menerima rapor sekaligus kita latihan implementasi sekolah new normal," kata dia.
Pada hari itu, simulasi new normal akan dilakukan. Sekolah memberlakukan protokol pencegahan Covid-19 pada orangtua dan siswa yang hadir.
"Setidaknya sekolah bisa simulasi pada satu hari itu ada pengalaman mengelola orang banyak, sesuai protokol kesehatan seperti kontrol masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, dan lainnya," papar dia.
Baca juga: Begini Skema Penerapan New Normal di Sekolah di Jawa Tengah
Usai simulasi, tepatnya Juli 2020 sesudah libur tahun ajaran baru, new normal di sekolah rencananya mulai dijalankan efektif.
Ada beberapa skema yang mungkin diterapkan. Penerapan bergantung dari karakteristik masing-masing sekolah.
Pertama, sekolah bisa memakai alternatif sistem shift. Artinya tidak seluruh murid di sekolah itu masuk pada satu waktu sekaligus.
Kemudian, sekolah juga bisa menerapkan selang-seling hari.
"Kondisi setiap sekolah kan berbeda-beda. Ada sekolah yang punya siswa banyak dan ada juga yang sedikit. Tergantung kemampuan sekolahnya. Apa mau sistem shift, atau selang-seling ganti hari nanti tergantung sekolahnya masing-masing" tutur dia.
Baca juga: Pemerintah Dinilai Terlalu Paksakan Penerapan New Normal
Tujuannya, supaya sekolah mendapatkan formulasi dan skema yang tepat untuk menerapkan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi.
Jumeri menambahkan, bagaimana siswa berangkat ke sekolah juga harus menjadi perhatian.
"Kami juga mempertimbangkan siswa berangkat ke sekolah. Seperti ke sekolah dengan apa? Apakah kendaraan pribadi atau angkutan umum juga harus jadi penentuan opsi untuk mengurangi resiko penularan," ujar dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.