Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Genting Berjatuhan, Saya Mengangkat Lemari Kayu Demi Menyelamatkan Ayah"

Kompas.com - 27/05/2020, 19:35 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Pagi ini, tepat 14 tahun lalu, keluarga Heri Susanto beraktivitas seperti biasanya.

Warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta itu masih berada di kamar bersama anaknya, sedangkan istrinya sedang memasak.

Ibunya saat itu sedang berdoa, sementara ayahnya yang sakit stroke sedang berbaring.

Tak disangka beberapa menit di waktu itu menjadi saat yang tak pernah dia lupakan.

Baca juga: Warga Peringati 14 Tahun Gempa Yogyakarta dengan Doa Bersama dari Jauh

Genting berjatuhan, semua menyelamatkan diri

Ilustrasi Gempa Bumi

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Ilustrasi Gempa Bumi
"Saat itu saya bersama anak pertama waktu itu masih berumur 7 tahun di kamar. Tiba-tiba genting berjatuhan, dan saya lari menyelamatkan diri," kata Heri, Rabu (27/5/2020).

Tepat 14 tahun lalu, gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter meluluhlantakkan Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan.

Beruntung anggota keluarganya selamat dalam peristiwa itu.

Namun Heri ingat betul saat itu dia tanpa pikir panjang harus menyelamatkan anggota keluarganya.

Heri yang bersama anaknya, segera menggendong sang buah hati keluar dari rumah.

Istrinya dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Baca juga: Mengenang Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006: Di Balik Bencana, Gotong Royong Warga Jadi Makin Erat

 

Ribuan warga dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta berbondong-bondong menjauh dari daerah pantai selatan karena panik oleh isu tsunami akibat gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR, Sabtu (27/5/2006)
Gempa Jogja Ribuan warga dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta berbondong-bondong menjauh dari daerah pantai selatan karena panik oleh isu tsunami akibat gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR, Sabtu (27/5/2006)
Angkat lemari kayu untuk selamatkan ayah

Dia menceritakan bahwa ibundanya hampir tertimpa tiang penyangga bangunan.

"Saat menyelamatkan ayah saya itu saya melompat dan mengangkat lemari kayu. Lalu saya gendong, padahal kalau normal (tidak gempa) mungkin tidak kuat," ujar Heri.

Setelah peristiwa itu, dia bersama 10 keluarga korban gempa harus tinggal di barak.

Bencana tersebut membuatnya kembali membangun rumah dengan struktur bangunan yang lebih kuat.

"Pengalaman mas, lebih baik membangun rumah dengan struktur kuat dengan besi yang sesuai standar," ucap Heri.

Baca juga: 14 Tahun Gempa Yogya: Kisah Warga Satu Dusun di Sleman Naik Truk Bantu Korban Gempa di Bantul

Peringatan dengan doa dari jauh

Ilustrasi gempabodnarchuk Ilustrasi gempa
Peringatan bencana gempa tersebut selalu digelar setiap tahunnya, namun tidak kali ini.

Pandemi Covid-19 membuat peringatan bencana yang menewaskan lebih dari 5.782 orang itu terpaksa hanya dilakukan secara sendiri-sendiri.

"Hanya menyampaikan doa bersama. Dari jauh, berdoa bersama," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto saat dihubungi Kompas.com melalui telepon.

Dari sejumlah orang tewas tersebut, 4.143 korban berasal dari Bantul. Jumlah rumah rusak total 71.763, rusak berat 71.372, rusak ringan 66.359 rumah.

Dengan kondisi tersebut, desa-desa di Yogyakarta, terutama Kabupaten Bantul dan Jawa Tengah selatan diharapkan menjadi desa tangguh bencana.

"Kami berharap 14 tahun ini masyarakat semakin bijak menyikapi kondisi alam, yang mana tidak bisa dilupakan begitu saja. Kita tinggal didaerah rawan bencana," kata Dwi.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com