Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Warga Desa "Usir" Pendatang dengan Meriam Bambu, Ini Faktanya

Kompas.com - 27/05/2020, 08:21 WIB
Sukoco,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com - Sebuah video memperlihatkan sekelompok pemuda mengusir warga yang datang di pintu masuk desa menggunakan meriam bambu viral di media sosial.

Pemuda itu mengusir warga yang datang karena desa tersebut ditutup sementara untuk mencegah penyebaran virus corona baru atau Covid-19.

Para pendatang yang ngeyel ingin memasuki desa untuk mengunjungi kerabat atau koleganya "diusir" menggunakan dentuman meriam bambu.

Video viral tersebut terjadi di Desa Ringin Agung, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Ketua RT 4 Desa Ringin Agung Suparno mengatakan, video tersebut hanya bagian dari sosialisasi bahwa desa tersebut ditutup selama Lebaran.

"Tidak sampai begitu, itu hanya sosialisasi bahwa jalan desa selaam Lebaran ditutup sementara," kata Suparno saat ditemui di rumahnya, Selasa (26/5/2020).

Baca juga: Viral, Kisah Driver Ojol Tak Dibayar Setelah Antar Penumpang dari Denpasar ke Bangli

Suparno menceritakan, bermain meriam bambu telah menjadi tradisi warga Desa Ringin Agung. Masyarakat menyalakan meriam bambu saat memasuki bulan Ramadhan sampai tujuh hari setelah Lebaran.

Setiap sore, puluhan pemuda akan menyalakan meriam bambu menjelang berbuka puasa.

"Sudah tradisi setiap bulan puasa, menjelang buka remaja di sini menyalakan meriam bambu," kata Suparno.

Perang meriam bambu biasanya diadakan di lingkungan Dukuh Ndasun. Sebab, wilayah itu berada di pinggir sawah desa sehingga kegiatan perang meriam bambu tak mengganggu aktivitas warga lain.

Menurut dia, tradisi perang meriam bambu telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

“Dulu kan belum ada petasan. Jadi membunyikan meriam bambu selain sebagai hiburan juga sebagai tanda berbuka puasa,” imbuhnya.

Tradisi perang meriam Bambu di Desa Ringin Agung Kabupaten Magetan sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Tradisi tersebut dilakukan setiap bulan puasa hingga Hari Raya Idul Fitri.KOMPAS.COM/dok ardaku Tradisi perang meriam Bambu di Desa Ringin Agung Kabupaten Magetan sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Tradisi tersebut dilakukan setiap bulan puasa hingga Hari Raya Idul Fitri.

Pohon bambu yang tumbuh subur di Desa Ringin Agung, kata Suparto, menjadi penyebab perang meriam bambu menjadi tradisi di desanya.

Warga juga memanfaatkan bambu sebagai bahan baku membuat sejumlah kerajinan, seperti caping, kukusan, dan lainnya.

“Hampir seluruh penduduk di sini berprofesi sebagai perajin anyaman bambu,” ucapnya.

Menjelang puasa, biasanya para remaja di Dukuh Ndasun menyiapkan bambu terbesar dan terbaik untuk dibuat meriam.

Para remaja Dukuh Ndasun yang tergabung dalam karang taruna bahkan membuat festival perang meriam bambu pada 2019. Sebanyak 50 meriam bambu ikut dalam festival itu.

Baca juga: Maling Tak Sadar Masuk Ruang Isolasi Corona dan Curi Ponsel Pasien Positif Covid-19, Ini Akibatnya

”Setiap tahun itu ada kegiatan itu, tapi tahun ini karena ada Covid-19 kegiatan tersebut kita tiadakan,” kata Suparno.

Meski begitu, sejumlah remaja di lingkungan Dukuh Ndasun tetap membuat meriam bambu. Mereka menyalakan meriam setiap menjelang buka puasa dan Idul Fitri.

“Besok sudah enggak ada (meriam bambu), kita sudah buka portal jalan desa,” kata Suparno.

Warga Desa Ringin Agung tetap melestarikan tradisi perang meriam bambu setiap bulan Ramadhan dan Lebaran.

Warga, kata Suparno, berencana membuat festival meriam bambu yang lebih meriah pada tahun depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com