Selain menjadi buruh tani, mereka juga beternak beberapa jenis binatang.
Sudah belasan tahun hidup beternak mereka jalani.
Setelah hewan ternaknya besar, mereka akan menjualnya.
"Wis biasa turu karo pitik karo meri (sudah biasa tidur bareng ayam dan bebek). Kalau hewannya sudah besar akan dijual untuk kebutuhan makan," ujar Deman.
Meski berat, mereka mengaku sudah terbiasa menjalani hidup serba terbatas.
Rumah pun sejak lama tak pernah mereka perbaiki.
"Kalau hujan gubuknya sering bocor tapi bagaimana lagi," imbuh Mak Wasri.
Mereka memiliki empat orang anak yang kini sudah berkeluarga, namun tinggal di tempat yang jauh.
Baca juga: 4 Remaja Habisi Nyawa Tukang Becak dan Rampas Uang Rp 7.500, Pelaku Ditangkap Setelah 6 Bulan Buron
Bahkan sebelum pandemi pun tak ada bantuan pemerintah datang ke rumahnya.
Belum ada petugas yang datang dan mendata dirinya.
"Sering sekali anak saya mengurus bantuan ke desa tapi gagal terus. Hanya sampai di desa selanjutnya tidak ada kabar sama sekali," papar Wasri.
Ketua RT setempat, Roni, membenarkan kakek-nenek itu belum pernah menerima bantuan.
Namun, dia menyebut Mbah Deman kini telah terdata mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah provinsi.
"Sebenarnya Mbah Deman sudah terdata di bantuan provinsi tapi bantuannya belum turun sampai sekarang. Untuk bantuan PKH, terus BST dan lainnya memang beliau tidak terdata," jelas Roni.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Haru Kakek Nenek di Pekalongan Tinggal Segubuk dengan Ternak, Tak Pernah Terima Bansos
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.