Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Daripada Sekarat di Jakarta, Saya Nekat Jalan Kaki ke Solo"

Kompas.com - 23/05/2020, 10:28 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seorang pria nekat berjalan kaki sekitar 400 km dari Jakarta ke Jawa Tengah, setelah dipecat tanpa pesangon oleh tempatnya bekerja yang bangkrut akibat wabah virus corona.

Dia memutuskan berjalan kaki juga dilatari kegagalannya mudik dengan kendaraan umum lantaran kebijakan larangan mudik.

Tadinya ia sudah bertekad untuk jalan kaki hingga ke Solo, kota asalnya, namun mendapat bantuan saat tiba di Batang, Jawa Tengah.

"Saya cuma ada dua pilihan, bertahan tapi sekarat di Jakarta tanpa ada bantuan apa pun atau pulang ke Solo," ungkap Maulana Arif Budi Satrio, 38 tahun.

Dengan berjalan kaki, Rio- panggilan akrabnya - meninggalkan Cibubur, di pinggiran Jakarta, pada 11 Mei lalu dan tiba di perbatasan antara Batang dan Kendal di Gringsing, 14 Mei 2020.

Setiap harinya, demikian pengakuannya, dia berjalan sekitar 100 kilometer dengan berjalan selama 12-14 jam.

"Sepatu saya masukan kresek dan saya berjalan pakai sandal jepit ini karena lebih nyaman," ujarnya.

Dia nekat berjalan kaki setelah tempatnya bekerja, yaitu sebuah perusahaan bus wisata, memecatnya dan sejumlah karyawan lainnya.

Baca juga: Kisah Korban PHK yang Nekat Mudik Jalan Kaki dari Jakarta ke Solo, Tetap Berpuasa, Kulit Gosong Tersengat Matahari

'Saya diberitahu dipecat pada 8 Mei'

Saya cuma ada dua pilihan, bertahan tapi sekarat di Jakarta tanpa ada bantuan apapun atau pulang ke Solo, ungkap Maulana Arif Budi Satrio, 38 tahun. (BBC News Indonesia/Fajar Sodiq) Saya cuma ada dua pilihan, bertahan tapi sekarat di Jakarta tanpa ada bantuan apapun atau pulang ke Solo, ungkap Maulana Arif Budi Satrio, 38 tahun. (BBC News Indonesia/Fajar Sodiq)
Ini dilakukan setelah perusahaan tersebut bangkrut akibat terdampak wabah virus.

"Saya diberitahu (dipecat) tanggal 8 Mei lalu pukul 11 siang." Rio tak bisa melupakan tanggal tersebut - sampai kini.

Kepalanya makin pening tak karuan, karena pemecatan itu tidak disertai gaji terakhir, THR maupun pesangon. "Saya pasrah akhirnya," akunya kepada wartawan di Solo, Fajar Sodiq.

Kenyataan ini, tentu saja, membuatnya terhimpit. Tanpa penghasilan, menurutnya, sangat sulit untuk bertahan hidup di Jakarta.

Lagipula, ayah satu anak ini tak bisa mengharap bantuan sosial dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, lantaran dia tak memiliki KTP DKI Jakarta. "KTP saya Solo".

"Saya cuma ada dua pilihan, bertahan tapi sekarat di Jakarta tanpa ada bantuan apa pun atau pulang ke Solo," Rio mengingat lagi apa yang di benaknya ketika itu.

Tanpa banyak pertimbangan, dia memutuskan untuk mudik ke kampung halamannya, Solo, Jawa Tengah.

Namun ini tidak mudah karena Jakarta sudah mberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Saya sudah mencoba (naik kendaraan umum), tapi mental semua, karena di jalur tol ada check point dan disuruh balik ke asal," ujarnya, getir.

Baca juga: Kisah-kisah Warga yang Masih Berupaya Mudik Meski Dilarang, Tak Jujur, 100 Orang Dipaksa Putar Balik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com