Awalnya, KH Soleh mendapatkan referensi atau kitab itu dari KH Abdu Hamid Itsbat Banyuanyar Madura. Kitab itu diterapkan dan diteruskan hingga generasi saat ini.
Ali Wafa merupakan generasi ketiga yang menerapkan kitab itu. Usai belajar di Pondok Pesantren Bata-bata Madura, Ali Wafa juga menemukan kitab itu sebagai referensi.
Ia juga menunjukkan langsung kitab tersebut kepada Kompas.com.
Dalam kitab itu terdapat keterangan dari Imam Ja'far Shodiq bahwa lima hari dari awal Ramadhan yang pertama menjadi awal Ramadhan yang akan datang.
Baca juga: Viral, Video Petugas RS Minta Uang Rp 3 Juta untuk Pemulasaraan Jenazah PDP Corona
“Jadi, hitungan saya, tahun kemarin (2019) mengawali Ramadhan hari Minggu. Dihitung lima hari, jatuh pada Kamis,” tuturnya.
Kemudian, setelah digenapkan selama 30 hari, bertepatan dengan hari ini. Akhirnya, mereka sepakat untuk menetapkan hari raya Idul Fitri pada hari Sabtu.
Selisih satu hari dengan ketetapan pemerintah pada hari Minggu.
Kendati demikian, dalam lima tahun sekali, hitungan tersebut kadang bersamaan dengan ketetapan pemerintah.
Delapan tahun sekali, pihaknya melakukan ijtihad atau menghitung kembali cara penentuan puasa dan hari raya tersebut.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan