Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Tidak Pulang Saat Lebaran: Bu, Aku Kangen sama Ibu

Kompas.com - 23/05/2020, 06:01 WIB
Rachmawati

Editor

Panggilan video antara ibu dan anak itu terinterupsi beberapa kali oleh sepupu Fahmi dan pamannya. Karena Fahmi sudah lama tinggal dengan kakak Ratih, Fahmi pun memanggil tante dan pamannya sebagai "mamak dan bapak."

"Bu aku kangen sama ibu, sayang sama ibu," kata Fahmi.

Baca juga: Nekat Mudik ke Banyumas, Pemudik Akan Dikarantina di GOR Satria

Naik bukit untuk cari sinyal

Soal teknologi, Ratih masih lebih beruntung ketimbang rekannya di pabrik, Dwi Martini, yang siang itu sedang bertandang ke rumah kontrakan Ratih.

Perempuan asal Pacitan, Jawa Timur, itu tahun ini tidak bisa bertemu dengan orangtuanya karena usia mereka—ayah 75 tahun, ibu 65 tahun—rentan tertular virus corona.

Rumahnya "terpelosok", terletak di timur Pacitan, di perbatasan dengan Trenggalek, atau sekitar 45 kilometer dari Kabupaten Pacitan.

Untuk bisa melakukan panggilan video dengan orangtuanya, ia harus memberitahu adiknya, yang memegang telepon pintar di rumah itu, beberapa jam sebelumnya.

Baca juga: Mahasiswa Unhas Tewas Terjatuh dari Menara Masjid Saat Cari Sinyal untuk Kirim Tugas Kuliah

Ibunda Dwi memiliki ponsel konvensional. Untuk mendapat sinyal, adik dan orangtua Dwi harus naik ke atas bukit di dekat rumahnya.

"Kalau ingin dapat sinyal itu masih harus ke atas bukit, baru dapat sinyal. Biasanya saya janjian dulu, kalau SMS kan sampai, saya bilang, 'Mau telepon jam sekian.' Bukitnya sekitar 15 meter dari rumah. Tidak jauh. Ada tangganya, semacam tanah gitu yang dikasih batu-batuan, bukitnya sih lumayan tinggi, seperti gunung begitu, tapi tidak perlu naik ke atas banget buat dapat sinyal," jelas Dwi.

Perempuan berusia 43 tahun ini biasanya mudik ke Pacitan dengan mengendarai sepeda motor karena ia mengidap penyakit ginjal yang mengharuskannya sering istirahat, sehingga ia tidak bisa naik bus atau kereta yang jam istirahatnya tidak fleksibel.

Baca juga: Kades di Flores Timur 2 Jam di Atas Pohon Cari Sinyal demi Rapat Virtual dengan Bupati

"Saya bisa pulang kampung, bertemu orangtua itu cuma setahun sekali, pas Lebaran saja, karena cuti buruh itu kan terbatas, hanya 12 hari, dan itu pas Lebaran, jadi kalau Lebaran saya ambil seminggu buat pulang kampung," kata Dwi.

Lebaran kali ini "terasa banget (sedihnya), karena setiap tahun pasti pulang. Saya mikir, usia orang tua saya sudah segitu, seandainya umur bapak saya sampai 80 tahun, (dan saya) setahun sekali bertemu, jadi saya bisa bertemu dia berapa kali lagi? Kalau ada kabar teman yang orang tuanya meninggal itu pukulan berat buat saya," kata Dwi.

Sosiolog Bayu Yulianto dari Universitas Indonesia mengatakan, makna silaturahim berpotensi berkurang jika dilakukan secara virtual lantaran libur Lebaran adalah waktu satu-satunya bagi banyak pekerja migran untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Baca juga: Susah Sinyal, Guru Tidak Tetap di Gunungkidul Terpaksa Datangi Murid

"(Mereka ingin) tatap muka dengan kerabat yang mungkin akses mereka terhadap jejaring internet juga terbatas, ini terjadi di wilayah perdesaan. Bagi mereka yang tinggal di wilayah remote, (akses) itu bermasalah sekali."

"Kecanggihan teknologi sering kali bias kota, bias kelas menengah, bias modernitas. Kita tidak tahu apakah kerabat besar itu punya sinyal yang bagus. Saya kira buruh migran juga punya kerinduan dengan keluarga besarnya dan mereka juga berhasrat bertemu dengan mereka, mungkin banyak makna yang berkurang," kata Bayu.

"Sering kali mereka yang kelas menengah ke bawah menghabiskan hidupnya selama satu tahun bekerja, menabung buat pulang kampung, beli tiket, beli oleh-oleh, dan memberi sebagian penghasilan mereka untuk orang-orang yang mereka cintai, artinya upayanya luar biasa. Jadi mereka hidup untuk memenuhi Lebaran berikutnya," tambahnya.

Baca juga: Sulit Sinyal, Siswa di Gunungkidul Rela Naik Turun Gunung untuk Kerjakan Tugas, Begini Kondisinya

Bagi Dwi dan Ratih, mereka kini hanya bisa berharap pandemi Covid-19 segera berlalu agar mereka dapat bertemu lagi dengan orang-orang yang mereka cintai di kampung halaman.

"Takutnya orang tua besok-besok enggak ada. Mudah-mudahan orang tua saya dikasih sehat jadi nanti (saya) dikasih waktu untuk ketemu lagi," kata Dwi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com