Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Membeli Baju Lebaran dan Nasib Anak-anak di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 21/05/2020, 10:06 WIB
Fitri Rachmawati,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS. com -  Perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini terasa berbeda dengan lebaran di tahun-tahun sebelumnya.

Kali ini masyarakat harus siap merayakan Idul Fitri di rumah saja, tanpa mudik, dan bersalam-salaman.

Tentu saja semua karena pandemi Covid-19.

Karena wabah ini, tempat ibadah dan pusat perbelanja ditutup.

Baca juga: Di Toko Ini Seluruh Baju dan Perabot Digratiskan untuk Warga Miskin, Silakan Dipilih

Meskipun saat ini secara perlahan, pemerintah khususnya di NTB mulai mengizinkan mal dan pertokoan untuk kebutuhan lebaran buka.

Hal itu ditanggapi warga dengan berbondong-bondong mendatangi pusat perbelanjaan.

Setidaknya hal itu yang terlihat di Kota Mataram.

Di kota ini, kebiasaan membeli baju, sepatu, dan kue lebaran tak bisa luput meski di tengah masa pandemi Covid-19.

Pusat pertokoan dan mal kebanjiran pengunjung, ribuan warga memadati pusat perbelanjaan di sejumlah titik di Kota Mataram.

Baca juga: Keluarga Bawa Paksa Jenazah Perempuan dari Bali ke Lombok, Ternyata Positif Covid-19

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Mataram, Ahmad Dani mengatakan, sulit mengubah tradisi masyarakat.

"Sulit membatasinya, itu kendala kita saat ini, itu tradisi berpuluh puluh tahun, sulit menghilangkannya. Makan mungkin bisa mereka tahan, tapi beli baju lebaran adalah hal yang wajib mereka penuhi," kata Dani saat ditemui Kompas.com, Selasa (19/5/2020).

Wali Kota Mataram Ahyar Abduh sebelumnya telah mengumpulkan dan bersurat ke sejumlah pengusaha dan pengelola gerai pakaian dan kebutuhan lebaran.

Dia meminta para pengusaha menjalankan aturan pencegahan penularan Covid-19, seperti wajib menyediakan fasilitas cuci tangan, menyiapkan thermogun atau alat pengukur suhu tubuh, dan melarang warga berbelanja jika tak mengunakan masker.

Kenyataan di lapangan justru pengunjung sulit dikendalikan, aturan jaga jarak sudah tidak bisa dilakukan

Patroli petugas yang menertibkan kerumunan warga juga tidak serta merta membuat pengunjung sadar.

Warga bawa anak berbelanja

Sebagian ibu-ibu membawa serta anak mereka saat berbelanja ke sejumlah gerai baju dan pusat perbelanjaan.

Hal ini tampak di salah satu pusat perbelanjaan di Cakaranegara, Kota Mataram, Selasa (19/5/2020).

Pantauan Kompas.com di sejumlah toko baju, anak-anak termasuk yang masih balita digendong orangtuanya tanpa mengunakan masker.

"Beli baju lebaran sudah tradisi, jadi tidak lengkap kalau tidak belanja baju lebaran," kata Lalu Endik, warga Kecamatan Narmada Lombok Barat, yang datang bersama empat anggota keluarganya.

Lalu mengaku tidak khawatir akan bahaya corona. Baginya cukup dengan masker dan cuci tangan semua akan aman.

"Saya tidak khawatir, kan sudah pakai masker, sudah cuci tangan," katanya dengan yakin.

Keramaian juga tampak di Mal Epicentrum.

Di sini, sebagian orangtua juga tidak memakaikan anak mereka masker.

Di pintu masuk mal, sejumlah petugas keamanan sudah berjaga dan meminta pengunjung wajib memakai masker.

Petugas juga melarang mereka yang tak memakai masker masuk ke mal. Hanya saja aturan itu luput untuk anak-anak.

"Gimana ya, namanya anak-anak seringkali sulit meminta mereka pakai masker. Kita sih sarankan agar tidak membawa anak-anak ke mal di masa pandemi ini," kata Evalina M Siregar, Humas Mall Epicentrum yang dikonfirmasi di kantornya.

Kabag Ops Polres Kota Mataram, Kompol M Taufik menyayangkan sebagian ibu-ibu membawa anak mereka saat berbelanja. 

Pihaknya sudah melakukan imbauan, tetapi tampaknya tak diindahkan. 

"Kita sayangkan mereka yang membawa anak-anak belanja. Sudah kita imbau agar tidak membawa anak-anak, tetapi kenyataan di lapangan banyak warga yang membawa anak anak mereka," kata Taufik saat melakukan sidak, Selasa malam.

Dilarang shalat Id di lapangan

Keramaian di sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Mataram dan sejumlah titik di Lombok Barat, menyebabkan Gubernur NTB Zulkieflimansyah mencabut Surat Keputusan Bersama (SKB), Selasa (19/5/2020).

Semula, dengan terbitnya SKB itu, warga di zona hijau diperbolehkan shalat Idul Fitri di masjid dan mengizinkan mal dan pusat pertokan dibuka.

Akhirnya, Selasa, Pemprov NTB mencabut SKB dan mengimbau masyarakat NTB untuk melaksanakan shalat Idul Fitri di rumah.

Dengan dicabutnya SKB, para pengusaha juga diminta menutup mal, pertokoan, dan pusat keramaian lainnya, sebagai upaya menekan kasus positif Covid-19 di NTB.

Namun, aturan itu dikecualikan untuk toko yang menjual sembako dan pasar.

46 anak positif Covid-19 di NTB

Data dari Satgas Covid19 NTB, kasus positif Covid-19 berjumlah 374 kasus, di mana 139 kasus di antaranya berada di Kota Mataram.

Di NTB, ada 46 anak terinfeksi virus corona. Bahkan data 19 Mei, dari 18 kasus tambahan, 3 di antaranya adalah anak anak, salah satunya berusia 3 bulan.

Satgas Covid-19 juga mencatat, 7 orang positif telah meninggal dunia dan 244 orang dinyatakan sembuh.

Divisi Advokasi Lembaga Perlidungan Anak (LPA) NTB, Joko Jumadi menyayangkan upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 di NTB.

Dia menilai penanganan Covid-19 belum sepenuhnya menyentuh anak-anak.

Hampir seluruh perhatian berdasarkan kebutuhan orang dewasa. Mulai dari pola penanganan kasus positif, termasuk bantuan sembako.

"Karena itu kami di LPA terus melakukan sosialisasi kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana ( DP3AP2KB), baik di provinsi, kabupaten, dan kota, agar mendorong bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) juga berbasis anak. Misalnya bantuan sembako ada susu untuk anak-anak, biskuit, dan kebutuhan anak lainnya," ujar Joko.

"Kami juga berharap selain Dinas DP3AP2KB, dinas sosial juga mesti memikirkan bantuan di masa pandemi berbasis kebutuhan anak-anak," kata Joko menambahkan.

Anak-anak adalah kelompok paling rentan tertular corona.

Kalaupun tak tertular, anak-anak akan menjadi korban jika kedua orangtua mereka terpapar corona.

Hal ini seperti yang pernah dialami bayi AW berusia 1,5 tahun dari Kota Mataram.

Joko juga memahami rasa gelisan anak-anak yang biasa merayakan lebaran dengan berkumpul bersama keluarga besar, berkunjung ke sanak saudara dan kerabat.

"Lebaran kali ini adalah lembaran baru saat semua orang harus siap hidup bersama Covid-19 yang mereka sebut new normal. Ya, Anak-anak harus diberi pengertian dan pemaham soal itu. Mereka yang paling merasakan perubahan ini," kata Joko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com