BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, 50 persen wilayah di Jawa Barat masuk dalam zona merah Covid-19.
Hal itu terungkap dalam video conference rapat evaluasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tingkat Provinsi Jabar bersama 27 kepala daerah se-Jabar, Sabtu (16/5/2020) kemarin.
"PSBB Jabar sudah mau 14 hari (selesai), evaluasinya menghasilkan ada sekitar 50 persen (daerah) masih zona merah, 30 persen sudah membaik menjadi zona kuning, dan ada sekitar empat daerah menjadi zona biru. Ini akan diputuskan Rabu (19 Mei 2020), PSBB skala provinsi akan dilanjutkan dengan skala proporsional," ucap Emil, sapaan akrabnya, dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Hasil PSBB Se-Jawa Barat Menggembirakan
Ia tak merinci dari 27 daerah di Jawa Barat mana saja yang masuk dalam kategori zona merah, kuning dan biru.
Namun, secara umum, zona merah artinya ditemukan kasus Covid-19 pada satu atau lebih kluster dengan peningkatan kasus yang signifikan dan bisa dilakukan PSBB penuh pada daerah tersebut.
Adapun zona kuning, artinya ditemukan kasus Covid-19 pada kluster tunggal dan bisa dilakukan PSBB parsial.
Sementara zona biru berarti ditemukan kasus Covid-19 secara sporadis baik kasus impor (imported case) atau penularan lokal, di mana daerah dengan zona ini perlu dilakukan physical distancing.
Menurut Emil, hasil pemetaan itu akan menjadi rujukan para kepala daerah untuk menentukan kelanjutan PSBB di tingkat kota dan kabupaten.
"Jadi, (nanti) tidak semua 27 kabupaten/kota melaksanakan PSBB, tapi akan diserahkan kepada kepala daerah. Apakah zona merah yang 50 persen ini akan melanjutkan (PSBB), apakah zona kuning dan zona biru kemungkinan tidak akan melanjutkan PSBB dalam skala penuh. Jadi, Jabar akan melanjutkan PSBB skala parsial, proporsional sesuai dengan situasi di daerah masing-masing,” tambahnya.
Selain itu, dalam rapat tersebut Kang Emil menjelaskan bahwa dari evaluasi PSBB Jabar hingga kini, tidak ditemukan adanya pergerakan atau penyebaran kasus Covid-19 di 63 persen wilayah Jabar.
"Lalu ada sekitar 20 persen wilayah yang tidak ada pemudik dan wilayah itu tidak ada pergerakan ODP, PDP, dan lain-lain, sehingga 20 persen ini perlakuannya tidak bisa disamakan dengan mereka yang perlu diwaspadai,” terangnya.
Baca juga: 3 Warga Positif Corona Sepulang dari Jawa Barat, Kasus Covid-19 di Riau Bertambah
Emil pun menegaskan, meskipun PSBB disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, Pemerintah Provinsi Jabar tidak akan menurunkan level pengawasan, termasuk jelang hari raya Idul Fitri 1441 H.
Jabar akan memiliki lima level kewaspadaan, yaitu Level 5 atau zona hitam (kritis), Level 4 atau zona merah (berat) yakni kondisi PSBB saat ini, Level 3 atau zona kuning (cukup berat), Level 2 atau zona biru (moderat) menunjukkan wilayah yang perlu melaksanakan physical distancing, dan Level 1 atau Zona Hijau (rendah) yakni kondisi normal.
“Nah, kepada yang mereka yang termasuk ke dalam level biru, maka kebijakan bisa lebih longgar, dengan tetap menjauhi kerumunan dan ada protokol kesehatan, tapi kegiatan sudah bisa 100 persen. Kalau dia masih level merah seperti sekarang, itu kegiatan ekonomi atau apapun (dibatasi) hanya 30 persen,” tutur Emil.
Emil pun merekomendasikan kepada kabupaten/kota yang masih ada di Level 4 atau zona merah untuk tetap melakukan PSBB secara penuh.
Namun, kabupaten/kota yang sudah termasuk zona kuning dan biru bisa melakukan PSBB parsial.
“Hampir semua yang namanya kota (di Jabar) itu masuk yang level merah, kecuali Kota Bandung, sudah masuk kategori level kuning atau level tiga dari lima level itu,” jelas Kang Emil.
Emil menambahkan, ukuran keberhasilan PSBB juga bisa diukur dengan turunnya pasien terkonfirmasi positif sambil terus melakukan peningkatan jumlah tes masif.
Kepada para bupati/wali kota, Emil pun mengatakan, secara umum tren Jabar dalam menangani pandemi ini cukup positif, di antaranya merujuk jumlah pasien di rumah sakit yang menurun sejak akhir April, angka kematian menurun, serta tingkat kesembuhan naik dua kali lipat.
Meski begitu, Emil juga meminta kepala daerah untuk tetap mewaspadai potensi adanya orang tanpa gejala (OTG) dari para pemudik.
Dirinya berujar, ada kemungkinan kedatangan 300 ribu pemudik ke Jabar yang berpotensi merusak tren positif penanganan COVID-19.
“Jika tren positif ini digagalkan oleh datangnya potensi-potensi OTG atau pemudik yang jumlahnya diperkirakan ada sekitar 300 ribu, itu akan mengganggu tren menggembirakan yang ada di Jawa Barat,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.